Dakwah dan Masyarakat Marginal
fikriamiruddin.com - Strategi seruan, panggilan, ajakan yang terpolarisasi pada masyarakat marginal lebih pada proses penyampaian pesan-pesan agama Islam. Dalam hal ini, pelaku dakwah terdapat kecenderungan semangat dan sabar dalam penyampaian dakwah. Hal itu dikarenakan terdoktrinitas konsep kesabaran, para pelaku dakwah dalam penyampaian pesan cenderung menyeru masyarakat untuk lebih mengutamakan kesabaran.
Namun, sikap masyarakat marginal pada golongan modernis menganggap bahwa kaum marginal lebih cenderung pasrah kepada keadaan. Pola pikir melihat persoalan keterbelakangan sebagai akibat dari kesalahan dalam mempolarisasi teologi umat Islam. Sehingga dalam hal ini, masyarakat marginal cenderung fatalistik, dalam artian perlu adanya penafsiran baru terhadap keseluruhan konsep keagamaan secara rasional.
Oleh karenanya, formulasi dakwah bagi kaum marginal seperti halnya anak jalanan yang dicontohkan sebagai masyarakat termarginalkan. Karena itu, maka perlu memberikan pemahaman mengenai dinamika dakwah marginal. Dengan demikian, instrumen terpenting dalam menunjang terlaksananya aktivitas dakwah diperlukan transformasi ilmu dan keterampilan.
Upaya yang dilakukan di antaranya berangkat dari dakwah yang diformulasikan bagi mereka anak jalanan sebagai bagian dari kaum marginal. Dakwah yang berupa pemberdayaan potensi-potensi yang ada pada mereka melalui berbagai pelatihan dan penyuluhan akan memberi mereka suatu keterampilan yang mereka butuhkan. Pelatihan-pelatihan tersebut berupa penyuluhan, pelatihan keterampilan dan juga pendampingan.
Menjadi titik sentral pengkajian menyangkut dakwah pada masyarakat marginal adalah dinamikan anak jalanan. Sebab, salah satu fenomena sosial yang tidak pernah selesai yang merupakan masyarakat marginal adalah munculnya anak jalanan di perkotaan akibat adanya kekurangan dalam pemenuhan hak-hak seseorang sebagai anggota keluarga, warga masyarakat, dan hak sebagai manusia.
Baca Juga: Dakwah dan Dinamika Masyarakat Tradisional
Dengan demikian, materi yang disajikan mengenai masyarakat marginal yakni pola dakwah masyarakat marginal dari segi materi. Dalam hal ini, bermuara pada pemecahan persoalan psikologis yang dialami masyarakat marginal melalui kegiatan di antaranya bimbingan penyuluhan pribadi dan bimbingan penyuluhan keluarga.
Hal tersebut dilakukan dalam rangka perekayasaan sosial dan pemberdayaan masyarakat dalam kehidupan yang lebih baik, peningkatan kualitas sumber daya manusia, dan pranata sosial keagamaan, serta menumbuhkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat marginal.
Anak jalanan yang ada di kota kebanyakan bukan asli warga, namun berasal dari luar kota dan mereka juga berpindah kota. Dalam artian, anak jalanan tersebut akan berpindah sesuai kebutuhan dan keramaian kota. Gambaran anak jalanan secara psikologis cukup berbeda dengan anak pada umumnya.
Anak jalanan cenderung agresif, mudah curiga, mudah emosi dan sedikit tertutup. Terdapat beberapa hal yang mengkonstruk jiwa mereka, pertama, kebiasaan hidup di jalanan dengan iklim yang berbeda. Kedua, jiwa mereka masih belum stabil dikarenakan antara keinginan dengan kenyataan selalu benturan. Ketiga, jarang bergaul dengan orang secara terbuka dan hanya bergaul sesama anak jalanan saja.
Islam bahkan agama samawi yang lain (kecuali Yahudi) memiliki kecenderungan berkarakter ekspansif, tentu mencoba mencari pengikut sebanyak-banyaknya melalui doktrin dan berbagai klaim kebenaran. Klaim-klaim kebenaran yang disampaikan secara profetik yang kemudian dikomunikasikan melalui bahasa sehari-hari.
Baca Juga: Definisi dan Tujuan Mempelajari Ilmu Budaya Dasar
Ma’arif Jamu’in (1999), inilah yang menjadi salah satu sumber terjadinya konflik antar agama maupun dalam agama yang sama. Sehingga, dari sinilah kemudian pola-pola dakwah dari masing-masing kelompok dalam masyarakat Islam bisa terbentuk. Pada dasarnya, sikap umat Islam dalam memandang berbagai persoalan kehidupan dapat ditelusuri dari pemikiran teologis yang berkembang melalui proses sosialisasi dan internalisasi masyarakat.
Dalam hal ini, tiga jenis pemikiran teologis masyarakat Islam yang tentu saja berpengaruh besar terhadap pola dakwah yang dijalankan untuk proyeksi terhadap terealisasinya sebuah kebenaran dan kesejahteraan masyarakat Islam.
Formulasi dakwah bagi kaum marginal (anak jalanan) maka tempat tinggal sebagai instrumen terpenting dalam kehidupan mereka yang menunjang terlaksananya aktivitas dakwah dan transformasi ilmu dan keterampilan bukanlah masjid, mushola, surau maupun pondok pesantren atau juga madrasah diniyyah melainkan berupa sebuah rumah atau gubuk sebagai tempat berteduh sekaligus tempat berlangsungnya transformasi ilmu dan keterampilan.
Selain itu, juga sebagai pusat kegiatan di mana bisa dikatakan rumah singgah, di man rumah tersebut dibangun atau dibiayai dari iuran sedikit hasil kerja atau aktivitas keseharian mereka. Untuk lebih mudah dalam memahami mengenai instrumen dakwah sebagai wujud formulasi dakwah bagi anak jalanan maka dapat dilakukan beberapa klasifikasi di antaranya melalui lisan, tulisan audio visual, dan lain sebagainya.
Mungkin cukup sekian pembahasan kali ini, silahkan baca juga: Mengenal Lembaga Sosial. Terima kasih banyak dan semoga bermanfaat.
0 Response to "Dakwah dan Masyarakat Marginal"
Posting Komentar