Dakwah dan Dinamika Masyarakat Tradisional
fikriamiruddin.com - Masyarakat tradisional secara sistem sosial bersifat kaku namun cukup ramah. Biasanya adat dan kepercayaan masyarakat sekitar yang membuat masyarakat tradisional masih bersifat kaku, polos, dan seringkali menerima apa yang ada sesuai dengan yang terjadi di alam sekitarnya. Oleh karena itu, dalam konteks memahami dinamika dakwah pada masyarakat tradisional maka diperlukan pemahaman dan dinamika masyarakat tradisional.
Hal tersebut agar pelaku dakwah dapat mengakomodir setiap persoalan yang terjadi di lingkungan masyarakat. Masyarakat tradisional mengenal berbagai macam gejala sosial yang menimbulkan ketegangan-ketegangan sosial seperti terjadinya konflik yang biasanya berkisar pada persoalan sehari-hari rumah tangga dan sering menjalar ke luar rumah tangga. Kontroversi dapat terjadi akibat perubahan konsep budaya atau adat istiadat.
Di dalam masyarakat tradisional juga seringkali terdapat kompetisi, yakni persaingan dengan manusia lain. Oleh karenanya, maka wujud persaingan bisa positif dan bisa juga negatif. Tak hanya itu, masyarakat tradisional juga memiliki penilaian yang tinggi terhadap mereka yang bisa bekerja keras tanpa bantuan orang lain.
Dinamika sosial yang terjadi pada masyarakat tradisional yang penting berkisar persoalan kepercayaan yang kokoh terhadap sesuatu yang dikultuskan. Oleh karenanya kehadiran pelaku dakwah penting untuk mengetahui dinamika sosial yang terjadi agar strategi yang dilakukan sesuai sasaran yang diinginkan.
Dengan demikian, untuk lebih mengetahui dan memahami dinamika masyarakat tradisional maka perlu juga dipahami mengenai beberapa hal di antaranya pengertian desa, ciri-ciri masyarakat desa, sifat dan hakikat masyarakat pedesaan, macam-macam gejala masyarakat, perubahan dakwah pada masyarakat tradisional, dan pengaruh agama terhadap kehidupan manusia itu sendiri.
Baca Juga: Definisi dan Tujuan Mempelajari Ilmu Budaya Dasar
Pembahasan tersebut tentu saja diharapkan bisa menjadi jembatan integratif, yakni bagi pelaku dakwah dalam merealisasikan agama. Sehingga diharapkan bisa berperan aktif dalam menciptakan suatu ikatan bersama, baik di antara anggota-anggota beberapa masyarakat maupun dalam kewajiban-kewajiban sosial yang membantu mempersatukan mereka.
Nilai-nilai yang mendasari sistem kewajiban sosial yang tentunya mendapat dukungan bersama pada kelompok-kelompok keagamaan. Sehingga agama menjamin adanya konsensus dalam masyarakat. Oleh karenanya, diharapkan pelaku dakwah dapat menjalankan fungsinya, sehingga masyarakat merasa sejahtera, aman, dan stabil.
Dakwah sendiri memberikan bimbingan dan pengajaran dengan perantara petugas-petugasnya (fungsionaris) seperti dukun, kyai, pendeta, imam, guru agama, dan lain sebagainya. Baik dalam upacara atau perayaan keagamaan, khotbah, renungan atau pendalaman rohani. Di sisi lain, berfungsi sebagai penyelamatan dalam hal setiap manusia menginginkan keselamatan baik dalam hidup sekarang ini maupun sesudah mati.
Jaminan keselamatan ini hanya bisa mereka temukan dalam ruang lingkup agama. Sehingga dalam hal ini, agama membantu manusia untuk mengenal sesuatu, pelaku dakwah kesanggupan mendamaikan kembali manusia yang salah kepada Tuhan dengan jalan pengampunan dan penyucian batin.
Dakwah dalam implementasinya di lingkungan masyarakat dapat memberikan solusi terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan oleh aktor atau pelaku dalam hal mengajak Mad’u (objek dakwah) dengan menggunakan Maddah (materi dakwah) yang relevan. Sehingga diharapkan manusia bisa terbebas dari kebodohan masalah keduniawian, bahkan memberikan solusi agar manusia menuntut ilmu pengetahuan.
Baca Juga: Mengenal Lembaga Sosial
Apabila pelaku dakwah kemudian mampu memanfaatkan peluang ikatan kekeluargaan atau ikatan kedaerahan menjadi penguat dakwah, hal tersebut tentu akan sangat memberikan kontribusi yang besar dan efektif bagi perkembangan dakwah di wilayahnya. Terkadang pula ditemukan hambatan dakwah yang berasal dari ketokohan seorang senior di suatu wilayah.
Sang tokoh terkadang merasa terganggu oleh karena dakwah yang dilakukan oleh anak-anak muda yang dianggapnya belum waktunya. Nah, hambatan seperti ini salah satunya bisa dihadapi dengan nama besar keluarga pelaku dakwah.
Dengan demikian, dakwah bisa dikuatkan oleh banyak modal sosial, salah satunya adalah modal sosial kekeluargaan. Sebagian kalangan pelaku dakwah menganggap perlindungan dakwah sudah cukup dengan payung hukum dan undang-undang, padahal dalam realitanya dakwah di tengah masyarakat sangat memerlukan bentuk perlindungan lain yang lebih bersifat praktis dan teknis.
Masyarakat akan memberikan apresiasi bagi dakwah yang dibawa oleh seorang pelaku dakwah, salah satunya dikarenakan pertimbangan latar belakang keluarga.
Mungkin cukup sekian pembahasan kali ini, silahkan baca juga: Memahami Pengertian Filsafat Ontologi dengan Ringkas dan Mudah. Terima kasih banyak dan semoga bermanfaat.
0 Response to "Dakwah dan Dinamika Masyarakat Tradisional"
Posting Komentar