Memahami Pengertian Filsafat Ontologi dengan Ringkas dan Mudah
fikriamiruddin.com – Secara sederhana, Filsafat ialah ilmu yang mempelajari tentang seluruh fenomena kehidupan. Sedangkan Ontologi secara sederhana bisa dipahami sebagai pengetahuan yang membicarakan hakikat segala sesuatu. Hal tersebut merupakan pengetahuan mengenai hakikat segala sesuatu, ilmu yang mempelajari prinsip yang paling mendalam.
Filsafat Ontologi sediri memiliki beberapa aliran di antaranya Monisme, Dualisme, Pluralisme, Nihilisme, Realisme, dan Agnotisisme. Secara eksistensial, Ontologi seringkali diidentifikasikan dengan metafisika, yang juga disebut dengan proto-filsafat atau filsafat yang pertama. Dalam hal ini, persoalan mengenai Ontologi menjadi pembahasan yang utama dalam bidang filsafat, yang membahas mengenai realitas.
Realitas merupakan kenyataan yang selanjutnya menjurus pada suatu kebenaran. Realitas dalam Ontologi ini melahirkan pertanyaan-pertanyaan: Apakah sesungguhnya hakikat realitas yang ada ini?; Apakah realitas yang tampak ini sesuatu realitas materi saja? Adakah sesuatu di balik realita itu? Apakah realitas ini terdiri dari satu bentuk unsur (monisme), dua unsur (dualisme) atau pluralisme?
Dalam Filsafat, Ontologi juga memiliki cabang yang populer disebut sebagai Metafisika. Metafisika ini juga terbagi menjadi 2 bagian, di antaranya yakni Metafisika Umum dan Metafisika Khusus. Metafisika ini membahas mengenai hakikat fundamental mengenai eksistensi dan realitas yang melingkupinya. Dengan demikian, metafisika umum membahas mengenai ada, wujud keberadaan suatu benda, hakikat, dan lain sebagainya.
Sedangkan Metafisika khusus membahas mengenai Kosmologi atau Semesta/dunia, Antropologi (Manusia), dan Theologi (Spiritual, keyakinan, dan ketuhanan). Kosmologi bisa diartikan sebagai cabang metafisika khusus, yang spesifik membahas mengenai bagaimana alam semesta ini bisa terbentuk, apakah manusia telah benar memahami mengenai alam semesta ini.
Baca Juga: Cabang Filsafat: Ontologi
Hal tersebut tentu perlu dipertanyakan sebab mungkin kita hanya bisa berteori mengenai alam ini tanpa benar-benar bisa membuktikannya secara langsung, bukan menggunakan robot dan termasuk pertanyaan mengenai apakah penciptaan alam semesta ini adalah hasil dari tabrakan meteor satu dengan yang lainnya. Kemudian Antropologi, yang secara sederhana membahas mengenai kehidupan manusia, eksistensi manusia, makna dalam hidup, keutamaan dalam hidup, kebajikan, keadilan, bermasyarakat termasuk politik, hukum dan budaya.
Kemudian ada juga Teologi, yang secara sederhana mengkaji mengenai keyakinan, agama, spiritual, wahyu, keimanan, dan lain sebagainya. Dalam Teologi juga memiliki beberapa cabang atau aliran di antaranya Monoteisme (Tuhan itu Esa), Politheisme (Tuhan itu ada lebih dari satu), Deisme (Tuhan itu ada tapi tidak mencampuri urusan manusia, secara sederhana Tuhan hanya menciptakan manusia saja).
Selain itu, ada juga Agnostiksisme (Tuhan itu ada atau tidak, tidak dapat dibuktikan oleh akal manusia, termasuk wahyu-wahyu-Nya), dan Atheisme (Tuhan tidak ada).
Secara ontologis, ilmu membatasi lingkup penelaahan keilmuannya hanya pada daerah-daerah yang berbeda dalam jengkauan pengalaman manusia. Objek penelaahan yang berada dalam batas pra-pengalaman (seperti penciptaan manusia) dan pasca-pengalaman (seperti penciptaan surga dan neraka) diserahkan ilmu kepada pengetahuan lain (agama).
Ilmu hanya merupakan salah satu pengetahuan dari sekian banyak pengetahuan yang mencoba menelaah kehidupan dalam batas-batas ontologi tertentu. Penetapan lingkup batas penelaahan keilmuan yang bersifat empiris ini merupakan konsistensi pada asas epistemologi keilmuan yang mensyaratkan adanya verifikasi secara empiris dalam proses penyusunan pernyataan yang benar secara ilmiah (Jujun, 1986: 3).
Ontologi keilmuan juga merupakan penafsiran mengenai hakikat realitas dari objek ontologis keilmuan, sebagaimana yang sudah dijelaskan di atas. Penafsiran metafisik keilmuan harus berdasarkan pada karakteristik objek ontologis sebagaimana adanya (das sein) dengan deduksi-deduksi yang bisa diverifikasi secara fisik. Dalam artian, bahwa secara metafisik ilmu terbebas dari nilai-nilai dogmatis.
Baca Juga: Aliran dalam Cabang Filsafat Ontologi dan Aksiologi
Suatu pernyataan diterima sebagai premis dalam argumentasi ilmiah hanya setelah melalui pengkajian/penelitian berdasarkan epistemologi keilmuan. Untuk membuktikan kebenaran pernyataan tersebut maka langkah pertama adalah melakukan penelitian untuk menguji konsekuensi deduktifnya secara empiris, sejalan dengan apa yang dikatakan Einstein “Ilmu dimulai dengan fakta dan diakhiri dengan fakta pula, apa pun juga teori yang disusunnya.
Dalam hal ini, metafisika keilmuan yang berdasarkan kenyataan sebagaimana adanya (das sein) menyebabkan ilmu menolak premis moral yang bersifat seharusnya (das sollen). Ilmu justru merupakan pengetahuan yang bisa dijadikan alat untuk mewujudkan tujuan-tujuan yang mencerminkan das sein agar bisa menjelaskan, meramalkan dan mengontrol fenomena alam.
Kecenderungan untuk memaksakan nilai-nilai moral secara dogmatik ke dalam argumentasi ilmiah, melainkan hanya akan mendorong ilmu surut ke belakang ke zaman Pra-Copernicus dan mengundang kemungkinan berlangsungnya inkuisi ala Galileo (1564-1642 M) pada zaman modern.
Mungkin cukup sekian pembahasan kali ini, silahkan baca juga: Cabang Filsafat Menurut Para Ahli. Terima kasih banyak dan semoga bermanfaat.
0 Response to "Memahami Pengertian Filsafat Ontologi dengan Ringkas dan Mudah"
Posting Komentar