Memahami Makna Kesalehan Sosial
fikriamiruddin.com - Secara sederhana, kata saleh sering dipahami sebagai baik, bukan hanya untuk dirinya sendiri, melainkan juga untuk orang atau sesuatu yang lain. Air itu baik diminum, dalam artian selain secara dzatnya air itu baik, namun juga bisa membawa kebaikan bagi orang yang meminumnya. Melakukan amal saleh atau kesalehan sebenarnya tidak harus dalam hal-hal besar. Banyak hal-hal kecil, setidaknya menurut penampakan lahiriah, namun memiliki manfaat yang besar bagi banyak orang.
Sebagai contoh, membuang duri atau paku yang berserakan di jalan raya. Memang kelihatannya perbuatan itu kecil, namun sebenarnya mengandung nilai kesalehan yang besar. Bayangkan apabila duri atau paku tersebut terlindas oleh kendaraan orang, tentu bisa membahayakan orang yang bersangkutan.
Secara bahasa, kata saleh berasal dari bahasa Arab yang berarti taat dan sungguh-sungguh dalam melaksanakan ibadah. Kesalehan adalah ketaatan (kepatuhan) dalam menjalankan ibadah atau kesungguhan menjalankan agama. Sehingga dalam hal ini, kesalehan sosial merupakan ketaatan yang berdimensi sosial. Dalam artian, ketaatan atau memposisikan diri cukup peduli dengan hubungan antar manusia.
Bukan hanya soal etika, namun juga diharapkan ada di dalam tataran saling berbagi akan kelebihan apa yang dimiliki. Di samping kesalehan sosial, terdapat juga kesalehan ritual yang lebih mengarah pada hubungan antara manusia dengan Tuhan. Karena itu, untuk melihat dimensi-dimensi ketakwaan khususnya terkait dengan ukuran-ukuran kesalehan individu dan sosial. Terdapat lima ciri penting manusia yang bisa dikatakan saleh secara sosial.
Pertama, memiliki semangat spiritualitas yang diwujudkan dalam sistem kepercayaan kepada sesuatu yang gaib serta berketuhanan dan pengertian beragama atau menganut sesuatu kepercayaan agama. Masyarakat yang memiliki kualitas kesalehan sosial itu adalah masyarakat beragama, yakni masyarakat yang percaya pada hal-hal gaib. Ciri ini juga sekaligus menjadi ukuran kedewasaan seseorang, baik dalam kehidupan sosial, politik maupun kehidupan beragama sendiri.
Masyarakat yang memiliki kesalehan sosial yang tinggi akan mengedepankan etika beragama dan keberagamaan. Kedua, terikat pada norma, hukum, dan etika seperti bercermin dalam struktur ajaran sholat. Sholat juga mengajarkan kepada para pelakunya untuk terbiasa disiplin. Disiplin dalam hidup sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku. Dalam artian, masyarakat yang memiliki kesalehan sosial itu adalah mereka yang konsisten menegakkan hukum dan hukum menjadi aturan main.
Baca Juga: Tahapan dalam Ritual Islam
Ketiga, memiliki kepedulian sosial yang salah satu perwujudannya ditandai dengan kesanggupan berbagi terhadap golongan yang lemah. Keadilan sosial itu harus diwujudkan secara bersama oleh seluruh komponen masyarakat dan bukan hanya oleh penguasa. Keempat, memiliki sikap toleran sebagai salah satu dari perwujudan dari keimanan terhadap adanya pengikut kitab-kitab suci selain kitab sucinya sendiri.
Ajaran ini juga sekaligus mengisyaratkan adanya pluralitas kehidupan, baik pada aspek agama dan kepercayaan maupun pada aspek sosial budaya lainnya. Dinamika masyarakat juga akan terus berubah membentuk struktur sosial yang semakin beragam. Di sinilah arti penting mengembangkan sikap toleransi, khususnya dalam menyikapi secara terbuka terkait dengan perbedaan-perbedaan sebagai suatu keniscayaan.
Kelima, berorientasi ke depan sebagai salah satu wujud dari keimanan terhadap adanya hari akhir. Masyarakat yang memiliki dimensi kesalehan sosial adalah mereka yang memiliki orientasi ke depan, sehingga akan selalu mementingkan kerja keras untuk membangun hari esok yang lebih gemilang. Rasulullah Saw merupakan manusia yang memiliki tingkat ketakwaan dan kesalehan sosial paling tinggi.
Kesalehan sosial ini menjadi pendekatan terhadap masyarakatnya dan merupakan kunci keberhasilan dalam mengemban risalah kenabian. Secara naluriah, dorongan untuk beramal saleh atau berbagi kebaikan ini ada pada diri setiap manusia, bahkan pada orang jahat sekalipun. Di samping, karena memang amal saleh juga dapat memberikan manfaat balik bagi pelakunya. Dalam Islam, amal saleh merupakan perintah agama.
Sebagai seorang muslim yang saleh, menyadari bahwa dirinya bukan hanya sebagai manusia, namun juga sebagai hamba Allah. Ia sadar, sebagai manusia tentu memiliki kekurangan. Namun, ia berusaha agar kekurangannya itu dapat diminimalisir dan tidak merugikan orang lain. Sebaliknya, dengan kemampuan dan kelebihan yang dimilikinya, ia berupaya memberi manfaat sebanyak-banyaknya bagi orang lain dan lingkungannya.
Baca Juga: Ruang dan Waktu dalam Ritual Islam
Ia pun sadar bahwa hidup ini hanya sementara. Baik-buruk perilakunya selama hidup di dunia akan dipertanggung-jawabkan di hadapan Allah Swt kelak di hari kiamat. Dalam al-Qur’an dijelaskan bahwa orang saleh adalah satu di antara empat golongan manusia yang dimuliakan Allah. Di dunia ini memiliki banyak teman, dan di akhirat ini akan mendapat nikmat. Wajarlah, apabila anak saleh menjadi dambaan setiap orangtua kepada anak-anaknya.
Hal tersebut lantaran anak saleh dapat memberikan kedamaian batin serta dapat menjadi kebanggaan tersendiri bagi kedua orangtuanya. Jadi, sejatinya menjadi saleh adalah pilihan bagi siapa saja orang beriman. Sebagai manusia, setiap kita tentu mempunyai kelemahan dan kekurangan, namun itu semua adalah sisi manusiawi untuk disadari dan dikoreksi. Selain itu, manusia juga dibekali Allah dengan berbagai kemampuan dan kelebihan.
Semua itulah yang menjadi modal baginya untuk berbagi kebaikan sebanyak-banyaknya kepada orang lain dan lingkungan. Pada akhirnya semua kembali kepada diri kita masing-masing, kapan mau menjadi saleh.
Mungkin cukup sekian pembahasan kali ini, silahkan baca juga: Fungsi Ritual dalam Islam. Terima kasih banyak dan semoga bermanfaat.
0 Response to "Memahami Makna Kesalehan Sosial"
Posting Komentar