Menyoal Kesenjangan Pedagang dari Offline Merambah ke Online
fikriamiruddin.com - Saya dilahirkan dari keluarga pedagang, oleh karenanya pasar dan seisinya tidak asing dalam kehidupan saya sehari-hari sejak kecil. Karena itu, saat ini insting dagang sudah mendarah daging dalam diri saya.
Dunia perekonomian di negara kita memang tidak pernah baik-baik saja, dari level terkecil hingga besar semua tidak luput dari namanya persoalan. Persoalan tersebut antara lain sengketa, regulasi tidak jelas, premanisme di pasar, hingga kesenjangan antar pedagang.
Apabila kita mengamati di daerah-daerah, tampak sekali kesenjangan yang muncul dari antar pedagang di pasar. Misalnya saja kesenjangan antara pedagang lokal dan pedagang pendatang.
Kita bisa cek pasar yang terdapat di daerah-daerah, hampir mayoritas pedagang besar atau sebut saja juragan, berasal dari luar daerah itu. Sedangkan masyarakat lokal hanya kebagian menjual barang-barang kecil yang tentu saja margin keuntungannya juga kecil.
Hal ini menyebabkan masyarakat yang hidup di sekitar pasar mengalami kenaikan ekonomi yang relatif kecil, atau bahkan tidak meningkat sama sekali. Hal itu lantaran uang dengan nominal besar berputar di antara para pemilik modal yang berdomisili di luar kawasan pasar.
Tak hanya itu, di era yang serba digital ini justru malah memperjelas kesenjangan yang terjadi antara pedagang besar dan pedagang kecil. Alhasil mereka yang memiliki modal besar akan selalu menguasai pasar.
Sebagai pedagang yang baru-baru ini hijrah menggunakan beberapa marketplace untuk berjualan, saya mengamati ternyata banyak kesenjangan antar pedagang yang ada di beberapa marketplace.
Baca Juga: Menolak PPPK dan Menuntut Langsung Diangkat Jadi PNS Adalah Bukti Guru Honorer Takut Bersaing
Dengan adanya banyak marketplace ditambah lagi dalam kondisi pandemi, tentu memaksa sebagian besar masyarakat kita untuk membeli berbagai barang atau mungkin kebutuhan pokok secara online.
Apabila saya amati, banyak pembeli di marketplace yang memilih barang yang sudah memiliki banyak ulasan, bintang lima, dan sudah banyak laku terjual. Hal ini tentu menyebabkan toko-toko baru yang belum ada ulasan sulit untuk bertahan.
Apalagi di beberapa marketplace terdapat fitur bebas ongkos kirim, sehingga dalam hal ini para pedagang akan bersaing dalam skala nasional. Dengan demikian, sudah pasti toko-toko yang diuntungkan adalah yang berada di kota-kota besar.
Hal itu lantaran, selain sebagai pusat produksi beberapa produk, kota-kota besar merupakan tempat di mana beberapa perusahaan importir berada. Dengan demikian, toko-toko online yang berada di pusat ini bisa menjual barang dengan harga relatif lebih murah.
Dengan harga yang relatif murah tersebut, pada akhirnya pedagang-pedagang ini akan diserbu oleh para pembeli yang tersebar di seluruh penjuru negeri. Alhasil pedagang tersebut akan banjir ulasan yang tentu akan menaikkan rating toko tersebut.
Sebagai contoh, di Shopee terdapat beberapa level toko antara lain toko biasa, star sellers, dan shopee mall. Dalam hal ini, maka akan muncul kesenjangan dari beberapa kategori toko tersebut.
Dengan demikian, pihak Shopee akan sesering mungkin memunculkan produk-produk dari toko-toko yang termasuk shoope mall dan star sellers. Hal itu dikarenakan mereka sudah memiliki rating yang sangat bagus.
Posisi produk yang selalu muncul dan bahkan selalu teratas dalam beberapa kata kunci pencarian inilah yang akan laku keras. Alhasil bagi mereka toko-toko kecil yang juga memiliki modal kecil akan gagal bersaing dan produknya tenggelam.
Baca Juga: Pengembangan Literasi Digital Melalui Blog Sebagai Media Pembelajaran Sekolah di Era Pandemi
Agar produk para pedagang kecil ini tidak berada di urutan terbawah, mau tidak mau mereka harus mengeluarkan beberapa modal untuk upgrade toko, optimasi toko, dan bahkan memasang iklan.
Bayangkan, bagi mereka yang produknya saja masih sedikit, dipaksa memasang iklan agar produknya berada diurutan atas, tentu hal ini akan membuat para pedagang kecil ini semakin menderita karena persaingan yang cukup ketat dan tidak merata.
Di Tokopedia pun demikian, toko-toko diklasifikasikan di antaranya ada toko biasa, power merchant, dan official store. Bagi toko biasa yang ingin survive di Tokopedia ini mau nggak harus mengupgrade tokonya agar dilirik oleh pembeli.
Sehingga hal ini menurut saya akan memperjelas kesenjangan antara pedagang kecil dan pedagang besar. Alhasil para pedagang kecil ini akan sepi orderan lantaran toko mereka minim ulasan dan jarang sekali berada di posisi atas dalam pencarian kata kunci.
Dengan demikian, akan semakin jelas pula yang kaya makin kaya dan yang miskin makin miskin. Ya, mau gimana lagi begitulah hidup, yang kata Kepala Suku Mojok “Hidup ini brengsek, namun kita dipaksa menikmatinya.”
Mungkin cukup sekian pembahasan kali ini, silahkan baca juga: Jangan Jadi Pecundang dengan Melarikan Diri saat Rapid Test Massal Dadakan. Terima kasih banyak dan semoga bermanfaat.
0 Response to "Menyoal Kesenjangan Pedagang dari Offline Merambah ke Online"
Posting Komentar