Memahami Makna Modernisasi
fikriamiruddin.com - Istilah modern secara bahasa berarti baru, kekinian, akhir, up-todate, atau semacamnya. Bisa dikatakan sebagai kebalikan dari lama, kolot, atau semacamnya (Azizy, 2000). Esensi modernisasi, menurut sebagian ahli adalah sejenis tatanan sosial modern atau yang sedang berada dalam proses menjadi modern. Bagi ahli lain, esensi modernisasi ditemukan dalam kepribadian individual.
Istilah modern juga bisa berkaitan dengan karakteristik. Oleh karena itu, istilah modern ini bisa diterapkan untuk manusia dan juga untuk yang lainnya. Modernisasi memang sangat luas artinya, mencakup proses memperoleh citra (images) baru seperti citra tentang arah perubahan atau citra tentang kemungkinan perkembangan (Lauer, 2003). Batasan-batasan modernisasi seringkali hanya ditekankan pada aspek-aspek perubahan di bidang teknologi dan ekonomi.
Namun, sebagaimana dikemukakan oleh Manfred Halpern, revolusi modernisasi sebenarnya melibatkan transformasi semua sistem yang berlaku sebelumnya dalam masyarakat, baik sistem politik, sosial, ekonomi, intelektual, keagamaan maupun psikologi (Halpern, 1996). Sejarah modern oleh Aziz al-Azmeh dikarakteristikkan dengan globalisasi kekuasaan Barat (al-Azmeh, 1993).
Globalisasi menunjukkan perkembangan yang cepat di bidang komunikasi, teknologi, transportasi dan informasi, yang menjadikan dunia semakin sempit dikarenakan segala sesuatu semakin mudah dicapai. Proses globalisasi juga terbentuk oleh pertukaran informasi dan budaya (Ahmed, 1994). Kaitannya dengan dunia Barat, ada beberapa teori mengenai modernisasi.
Daniel Lerner misalnya, beranggapan bahwa modernisasi identik dengan westernisasi, sekularisasi, demokratisasi, dan pada akhirnya liberalisasi (Lerner, 1958). Tetapi ada yang membuat dikotomi antara modernisasi dan westernisasi, di mana modernisasi lebih bersifat teknologis, sementara westernisasi lebih berorientasi pada nilai. Akan tetapi dikotomi ini dalam beberapa hal tidak tepat.
Sebagai contoh, pesawat terbang dan bioskop, adalah sama-sama ciptaan Barat, akan tetapi kita bisa menerima pesawat terbang dan tidak menerima bioskop (Rippin, 1993). Selain itu, di dalam beberapa kajian tentang sosiologi dikatakan bahwa di beberapa wilayah, industrialisasi merupakan bagian dari modernisasi. Dalam artian, modernisasi berimplikasi pada munculnya industrialisasi.
Baca Juga: Islam dan Problematika Sosial
Namun, di beberapa negara lain terjadi sebaliknya, di mana industrialisasi berimplikasi pada modernisasi, sehingga ada yang menyebut abad modern terjadi karena adanya revolusi industri (Tibi, 1991). Secara historis, sebenarnya kedua istilah di atas berkaitan erat, tetapi tidak sama artinya. Modernisasi adalah istilah yang lebih inklusif, sebab modernisasi dapat terjadi terlepas dari industrialisasi.
Seperti dikemukakan oleh Apter, bahwa modernisasi di Barat didahului oleh komersialisasi dan industrialisasi, sedangkan di negara non-Barat, modernisasi didahului oleh komersialisasi dan birokrasi, sehingga Bendix mendefinisikan modernisasi sebagai seluruh perubahan sosial dan politik yang menyertai industrialisasi di kebanyakan negara yang menganut peradaban Barat (Bendix, 1964).
Jadi, modernisasi dapat dilihat terlepas dari industrialisasi (Apter, 1965). Yang jelas, modernisasi telah membentuk sebuah perubahan yang mendasar tentang tingkah laku dan keyakinan di bidang ekonomi, politik, organisasi sosial, dan bentuk pemikiran (Ahmed, 1994). Di bidang ekonomi, perubahan dapat dilihat dalam wujud industrialisasi dan pertumbuhan ekonomi, munculnya kebutuhan-kebutuhan kapital dalam jumlah besar, pertumbuhan sains, dan munculnya kelas-kelas baru dan mobilisasi sosial.
Di bidang politik, ditandai oleh munculnya partai-partai politik, kesatuan-kesatuan dan kelompok-kelompok kepemudaan. Di bidang dimensi sosial, terjadinya perubahan hubungan antara lawan jenis, komunikasi massa, dan urbanisasi (Ahmed, 1994). Dan modernisasi juga menimbulkan difusi norma-norma sekuler-rasional dalam kebudayaan (Lauer, 2003). Peter Berger menyatakan bahwa ada lima pilar modernisasi di antaranya sebagai berikut.
Abstraction, yakni gaya hidup dalam bentuk birokrasi dan teknologi. Kemudian futurity, bahwa masa depan menjadi orientasi pokok dalam beraktivitas dan berimajinasi, serta gaya hidup diatur oleh waktu. Berikutnya individuation, pemisahan individu dari segala rasa entitas kolektif dan membentuk alinasi. Liberation, bahwa pandangan hidup didominasi oleh pilihan bukan kebutuhan. Dalam artian, segala sesuatu yang di luar kebutuhan, mampu diwujudkan.
Selain itu, secularization, terjadinya kemerosotan di bidang keyakinan keagamaan (Berger, 1977). Andrew Rippin menyebutkan lima faktor yang memiliki dampak sangat besar di dunia Islam. Ascendasy and dicline, bahwa dengan adanya kekuatan Eropa dan Amerika di dunia, dunia Islam di seluruh belahan negara berkembang, secara politis tertindas, dan secara ekonomi tereksploitasi.
Nationalism and socialism, ideologi politik modern oleh beberapa kalangan bukan penyebab dari persoalan kemunduran, namun juga merupakan sebuah pemikiran modern yang atraktif. Emmanuel Sivan menyatakan bahwa televisi merupakan salah satu sarana utama sekaligus merupakan simbol dari sebuah invasi dunia modern, sebagai sarana yang paling efektif untuk melakukan propagasi modernisasi (Rippin, 1993).
Baca Juga: Sejarah Perkembangan Islam pada Periode Pertengahan dan Modern
Sementara itu, D.J. Dwyer menyatakan bahwa kota menjadi pusat perubahan sosial dan modernisasi (Evers, 1986). Memang ada kajian yang mendalam atas struktur interen kota, seperti yang dilakukan oleh Terry McGee, menyebutkan bahwa kota sama sekali bukan merupakan pusat pembaruan, modernisasi, ataupun perubahan kemasyarakatan, sehingga ada teori dualisme dalam masyarakat kota, yang membedakan antara sektor modern dan tradisional.
Namun, penelitian itu dilakukan di dalam masyarakat yang belum berkembang, di mana kehidupan semacam ini dijalani oleh mereka yang datang dari pedalaman, dan di kota besar mereka hidup dengan gaya semi desa. Kota disebut sebagai pusat perubahan dan modernisasi, sebab adanya perpindahan masyarakat yang terus-menerus dari desa menuju kota (urbanisasi), yang didasarkan pada keinginan untuk mencapai perubahan hidup di bidang ekonomi, dan perubahan status sosial yang lebih baik.
Maka Daniel Lerner, dalam teorinya, menyatakan bahwa urbanisasi merupakan prakondisi untuk modernisasi dan pembangunan atau kemajuan (Lerner, 1958). Namun, banyak para ahli yang kurang optimis terhadap urbanisasi. Kota-kota tidak lagi dipandang sebagai pusat perubahan dan kemajuan, namun sebagai daerah krisis, sebagai pusat persoalan sosial, penyakit, kejahatan, dan kemiskinan.
Mungkin cukup sekian pembahasan kali ini, silahkan baca juga: Sejarah Perkembangan Islam pada Masa Awal. Terima kasih banyak dan semoga bermanfaat.
0 Response to "Memahami Makna Modernisasi"
Posting Komentar