Makna Hidayah dan Aplikasinya dalam Teologi Islam
fikriamiruddin.com - Kata hidayah biasanya diterjemahkan dengan petunjuk atau bimbingan. Hidayah juga berarti ketetapan, penilaian, jalan lurus, jalan menuju Islam, dan jalan-jalan yang diberkati Allah. Kata dalal biasanya diterjemahkan tersesat. Dalal juga berarti penyelewengan, kesalahan, jalan orang-orang yang terus menerus menganut iman palsu dan secara sengaja melanggar hukum Tuhan, dan orang-orang yang menolak untuk mendengarkan kebenaran dan karenanya tersesat sebab pengabaian dan ketidak-pedulian mereka.
Diberi petunjuk (hidayah) atau dibiarkan tersesat (dalal) berhubungan dengan Allah dan tergantung kehendak-Nya. Dia menciptakan hidayah (oleh karenanya disebut al-Hadi), dan dalal (oleh karenanya disebut al-Mudill). Yang dimaksud dengan Dia menciptakan ialah memampukan atau memberi petunjuk atau kesesatan, bukan berarti bahwa Dia membimbing seseorang ke jalan lurus atau sesat.
Diberi petunjuk atau disesatkan adalah akibat dari niat dan perbuatan kita sendiri, akibat dari sikap dan kecenderungan kita. Tak ada hubungannya dengan takdir yang sewenang-wenang. Di dalam al-Qur’an banyak sekali ditemukan makna hidayah ini. Namun, di antara kata-kata yang dimaksud dapat disimpulkan ke dalam dua makna pokok, yakni al-dalalah yang berarti menunjukkan dan pertolongan serta dorongan untuk melakukan kebaikan.
Kata zadahum berarti Ia menolong mereka untuk mendapat petunjuk dan mendorong mereka untuk melakukan kebaikan. Dengan demikian, maka hidayah yang pertama berarti menunjukkan, yakni “Dan kamu Muhammad menunjukkan kepada manhaj/jalan yang benar dan jalan yang paling baik dengan syari’at yang diturunkan Allah kepadamu”.
Sedangkan makna hidayah kedua berarti pertolongan “Sesungguhnya engkau Muhammad tidak bisa menolong seseorang untuk mendapat petunjuk, atau mendorongnya untuk melakukannya apabila ia menolak dan berpaling daripada-Nya, serta tidak mau menggunakan potensi yang ada pada dirinya yang dapat mengantarkan kepada petunjuk”. Hal ini dilakukan oleh Muhammad ketika pamannya, Abi Thalib dalam kondisi sakit kritis untuk diajak olehnya beriman kepada Allah dan menjadi muslim, namun lantaran pamannya tidak mau maka Muhammad tidak bisa memaksanya.
Baca Juga: Jawaban yang Ditawarkan dalam Teologi Islam
Makna Allah Menyesatkan dan Menunjuki Manusia
Maknanya, Ia menolong untuk mendapat kesesatan siapa saja yang dikehendaki. Jadi, mashi’ah (kehendak) Allah di dalam hidayah dan dalal adalah mutlak, tidak dipertanyakan apa yang Ia perbuat. Namun Allah juga bersifat adil, maka tidak mungkin Allah menyesatkan orang yang berhak mendapat petunjuk, dan tidak mungkin Allah memberikan petunjuk kepada orang yang berhak mendapatkan kesesatan.
Namun, siapakah mereka yang dikehendaki Allah untuk mendapatkan kesesatan dan mereka yang dikehendaki mendapatkan petunjuk? Siapakah mereka yang kesesatan dan keimanannya itu lantaran keadilan Allah semata? Orang-orang yang dikehendaki Allah untuk mendapat petunjuk adalah mereka yang membuka hatinya kepada petunjuk, yang membuka akalnya kepada kebenaran, yang mencari dan menerima manhaj-Nya dengan ikhlas dan jujur.
Selain itu, tunduk kepada agama-Nya dengan penuh ketaatan dan kepasrahan. Mereka inilah yang akan ditolong Allah untuk mendapatkan petunjuk, diantarkan kepadanya, didorong melakukannya, dan ditambah keimanan dan petunjuk mereka di dalam kehidupan ini. Sedangkan yang dikehendakinya sebaliknya adalah kebalikan dari semua itu, yakni yang lari dari kebenaran, yang berpaling dari petunjuk, menutup hati, tidak bersedia menerima manhaj-Nya dan lain sebagainya.
Makna Allah Menyiksa Orang yang Telah Ditentukan
Apabila Allah telah menentukan diriku menjadi orang yang celaka (penghuni neraka), lalu bagaimana dengan amalku, dan mengapa Dia menyiksaku? Pertanyaan semacam ini dijawab dari mana ia tahu bahwa Allah telah menentukan dirinya menjadi orang yang celaka, dan akan mati dalam kekufuran. Apakah ia telah membaca lauh mahfudz ataukah hanya seseorang yang mengatakan kepadanya demikian?
Jawab Allah terhadap orang-orang musyrik tersebut ialah dari mana anda tahu bahwa Allah telah menghendaki kemusyrikan buat kamu dan telah menentukanmu? Adakah Allah telah membacakan kepadamu hal-hal gaib ataukah kamu berdusta kepada Allah dengan sesuatu yang tidak kamu ketahui. Kita tidak dapat mengatakan bahwa seseorang telah ditentukan untuk menjadi penghuni neraka, kecuali setelah mati dan dia dalam keadaan kufur.
Baca Juga: Makna Taklif Pembebanan dalam Teologi Islam
Kemudian timbul pertanyaan, apabila Allah telah menentukannya demikian (mati dalam keadaan kufur), lalu mengapa Ia menyiksanya? Sebagai jawaban terhadap hal shubhat ini, dijawab Allah disifati dengan sifat al-Ilm, ilmu-Nya adalah ‘am, menyeluruh, mengetahui yang telah lalu, sedang dan yang akan terjadi, bahkan ilmu-Nya meliputi segala juz’iyat dan kulli, tak seberat darrah pun di bumi dan langit yang luput dari ilmu-Nya.
Allah mengetahui bahwa Ia akan mencipta manusia ini, dan mengetahui ketika Ia menciptanya, menciptanya dalam keadaan diberikan pilihan dalam sebagian perbuatannya, dan tidak diberikan pilihan dalam sebagian perbuatannya yang lain.
Mungkin cukup sekian pembahasan kali ini, silahkan baca juga: Manusia dan Kejadiannya dalam Teologi Islam. Terima kasih banyak dan semoga bermanfaat.
0 Response to "Makna Hidayah dan Aplikasinya dalam Teologi Islam"
Posting Komentar