Pengalaman Jadi Korban Penipuan Berkedok Lowongan Kerja
fikriamiruddin.com - Seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi lantas membuat mencari lowongan kerja begitu mudah. Kehadiran internet menjadikan proses mencari kerja ini jauh lebih efektif, efisien, dan hemat waktu serta tenaga.
Namun, di balik semua itu ternyata semakin rentan dimanfaatkan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Karena itu, dalam tulisan sederhana ini saya akan menceritakan sedikit pengalaman saya ketika jadi korban penipuan berkedok lowongan kerja.
Pada saat itu, ketika sedang asyik berselancar di situs jual-beli OLX, tanpa disengaja saya melihat iklan lowongan kerja. Setelah saya baca secara seksama, lantas saya memutuskan mencoba peruntungan dengan mengirimkan lamaran.
Beberapa hari kemudian, saya mendapat undangan interview melalui telepon. Saat itu saya merasa beruntung, lantaran lamaran yang dikirimkan mendapat respon. Sehingga saya segera mempersiapkan hal-hal yang dirasa perlu dalam proses interview esok hari.
Keesokan harinya, dengan penuh semangat saya bergegas menuju alamat yang sudah ditentukan. Sampai di alamat tersebut, saya merasa janggal lantaran tempat interview yang dimaksud berlokasi di sebuah hotel yang baru saja dibangun.
Karena sudah terlanjur sampai, saya memutuskan untuk parkir dan masuk saja ke tempat yang sudah ditentukan, tepatnya berada di lantai 9. Saat itu saya kembali merasa janggal lantaran dekorasi kantor tersebut bersifat semi permanen.
Sampai di sini saya masih mencoba berpikir positif, mungkin perusahaan tersebut baru saja pindahan. Hal itu diperkuat dengan gedung hotel yang di tempati memang tampak seperti baru selesai dibangun.
Oh iya, perusahaan yang sedang saya lamar ini konon bergerak di bidang investasi saham. Karena belum begitu paham mengenai dunia investasi saham, saya akhirnya main aman dengan melamar sebagai admin.
Baca Juga: Jasa Sebar Brosur, Pekerjaan Alternatif Bagi Mahasiswa
Singkat cerita, setelah selesai interview, HRD langsung mengarahkan untuk ikut pelatihan selama 20 hari, dimulai esok hari.
Keesokan harinya, dimulailah pelatihan hari pertama. Pada hari pertama saya banyak dijelaskan mengenai dunia investasi saham. Sebagai pemula di dunia investasi saham, saya cukup menyimak dan mengikuti alurnya saja.
Kejanggalan berikutnya muncul ketika seluruh peserta pelatihan tidak diperbolehkan mendokumentasikan pelatihan, termasuk dalam bentuk foto atau video. Saat itu saya masih berpikir positif, mungkin karena materi yang disampaikan cukup rahasia.
Oh iya, dalam pelatihan ini dibentuk beberapa kelompok, dan setiap kelompok didampingi oleh satu orang Leader. Anehnya lagi, kami sebagai peserta tidak diperbolehkan membuat grup WhatsApp sendiri, tanpa ada instruksi dari pimpinan.
Alhasil, sesama anggota kelompok hanya bisa berkoordinasi melalui pesan pribadi. Selain itu, pembentukan kelompok juga tidak disesuaikan dengan masing-masing formasi, jadi dalam satu kelompok terdapat bermacam-macam formasi.
Padahal, setahu saya ketika pelatihan biasanya lebih diajarkan terkait dengan tugas utama atau bidang yang ditekuni masing-masing formasi.
Pada hari kedua, saya mendapat wejangan dari senior perusahaan yang sudah lama bergabung dalam bisnis investasi saham. Mereka juga menjelaskan keuntungan, gaji, dan bonus-bonus yang diperoleh.
Hal yang paling saya ingat saat itu adalah ketika ada seorang ibu-ibu yang menjelaskan bahwa gajinya dari perusahaan memang standar UMR, namun dalam rentang satu bulan dirinya bisa mendapat bonus sekitar 80 juta.
Bayangkan, dengan penghasilan rata-rata perbulan 80 juta, seharusnya penampilan ibu tersebut pasti serba mewah. Namun, yang terlihat justru sebaliknya, tidak ada kesan mewah yang ada dalam diri ibu tersebut.
Saya coba tetap fokus sampai pelatihan hari itu selesai. Malam harinya Leader kelompok menawarkan saya untuk ikut sebagai timnya di bagian manajemen marketing. Saya lantas menjawab bahwa formasi yang saya lamar adalah admin.
Saat itu, Leader tersebut tetap bersikukuh agar saya bergabung ke timnya. Kemudian saya berpikir, sebagai sebuah perusahaan seharusnya tidak semudah itu memindah atau menukar formasi karyawan.
Sehingga saat itu juga, saya memilih untuk berselancar di dunia maya untuk mencari lebih jauh mengenai rekam jejak perusahaan tersebut. Alhasil, berdasarkan artikel-artikel yang saya baca, mayoritas menceritakan kekecewaan mereka terhadap perusahaan tersebut.
Kemudian saya memilih mengkroscek ciri-ciri penipuan berkedok lowongan kerja dengan perusahaan yang sudah saya lamar tersebut. Benar saja, dari lowongan kerja yang saya dapat di perusahaan tersebut, setidaknya terdapat beberapa indikasi sebagai berikut.
Baca Juga: Meluruskan Punk yang Bukan Sekedar Fesyen dan Keren-kerenan Semata
Pertama, penawaran gaji yang tak masuk akal. Hal itu dapat dilihat ketika setiap karyawan, bahkan dalam formasi apa pun memiliki patokan gaji yang sama. Dalam artian, tidak ditentukan berdasarkan beban kerja, masa kerja, atau pengalaman.
Kedua, alamat perusahaan tidak jelas. Sebagai sebuah perusahaan yang bergerak di bidang investasi saham, dan bahkan bisa memberi bonus karyawan 80 juta per bulan. Seharusnya sudah memiliki gedung sendiri yang dapat dilacak melalui Google Maps.
Ketiga, menyebar lowongan kerja melalui iklan gratisan. Benar saja, perusahaan yang konon bergerak di investasi saham itu, ternyata memasang iklan gratis di OLX. Padahal, biasanya perusahaan besar sudah memiliki media sendiri untuk merekrut karyawan.
Berdasarkan beberapa indikasi tersebut, akhirnya saya memilih untuk mengundurkan diri saja tanpa pamit. Hal itu lantaran percuma saja saya keluar baik-baik, wong ya mereka tega menipu banyak orang dengan kedok lowongan kerja.
Maka dari itu, waspadalah dengan bentuk penipuan-penipuan gaya baru yang tampaknya masih akan terus berkembang seiring dengan perkembangan zaman.
Mungkin cukup sekian pembahasan kali ini, silahkan baca juga: Melanggar Hak Orang Lain Bisa Dimulai dari Menerobos Lampu Merah. Terima kasih banyak dan semoga bermanfaat.
0 Response to "Pengalaman Jadi Korban Penipuan Berkedok Lowongan Kerja"
Posting Komentar