Menyuarakan Aspirasi Pendekatan Demonstrasi Kurang Efektif Dilakukan di Kampus Sendiri
fikriamiruddin.com - Beberapa hari yang lalu, sekelompok mahasiswa salah satu kampus negeri di Surabaya sedang mendemo kampusnya sendiri. Hal itu dilakukan terkait adanya resepsi pernikahan yang digelar di salah satu gedung kampus.
Tak hanya itu, saya mencatat setidaknya di masa pandemi ini, mereka sudah mendemo kampusnya sendiri setidaknya tiga kali.
Pertama, terkait keringanan biaya UKT. Kedua, sekelompok mahasiswa menuntut untuk diadakannya wisuda offline. Ketiga, baru-baru ini terkait dengan resepsi pernikahan di salah satu gedung kampus.
Terkait alasan demo yang pertama, saya masih setuju lantaran menuntut keringanan biaya UKT bagi keluarga mahasiswa yang terdampak pandemi. Namun, menurut saya, cara yang mereka lakukan salah, yakni menimbulkan kerumunan saat masih dalam kondisi PSBB.
Hal itu lantas secara tidak langsung mencederai perjuangan beberapa kelompok aktivis yang susah payah menyadarkan masyarakat agar patuh protokol kesehatan. Padahal, untuk menekan kampus sendiri ada alternatif-alternatif yang mudah dilakukan selain demo, yakni dialog.
Sedangkan untuk alasan demo kedua, terus terang saya tidak setuju. Hal itu lantaran sekelompok mahasiswa hanya menuntut kampus agar mengadakan wisuda offline. Padahal, kita tahu sendiri bahwa kondisi masih pandemi dan hanya memungkinkan diadakan wisuda online.
Sehingga secara tidak langsung juga tidak selaras dengan perjuangan beberapa kelompok aktivis yang masih fokus menangani pandemi. Bukannya ikut membantu menangani pandemi, eh malah minta diadakan wisuda offline.
Sementara itu, untuk alasan demo ketiga atau beberapa hari yang lalu, saya kurang setuju lantaran ada perjuangan yang lebih besar ketimbang urusan internal kampus. Yakni, terkait pengesahan UU Cipta Kerja yang ditolak oleh elemen buruh dan mahasiswa.
Jika yang dituntut mahasiswa hanya penyelenggaraan pernikahan di dalam kampus, tentu hal itu masih bisa dibahas atau diselesaikan kemudian hari. Toh, tak ada salahnya juga kampus lebih mementingkan nilai bisnis di era pandemi seperti ini.
Baca Juga: Pengalaman Jadi Korban Penipuan Berkedok Lowongan Kerja
Dalam hal ini, sebagai aktivitis mahasiswa seharusnya paham betul bahwa penyampaian aspirasi dengan pendekatan demonstrasi turun ke jalan efektif dilakukan terkait persoalan-persoalan kemasyarakatan, kebangsaan, dan global.
Sedangkan untuk persoalan-persoalan internal kampus, sebaiknya sampaikanlah aspirasi dengan pendekatan diskusi atau dialog. Hal itu lantaran, kampus itu ibarat rumah dan warga kampus adalah keluarga.
Sehingga untuk meminimalisir konflik antar sesama anggota keluarga, alangkah baiknya sering melakukan dialog. Dengan demikian, permasalahan internal rumah tangga kampus tidak sampai tersebar di lingkungan eksternal kampus.
Karena itu, persoalan-persoalan terkait dengan akademik, administrasi akademik, layanan kampus, dan kesejahteraan mahasiswa, menurut saya tidak perlu menggunakan pendekatan demonstrasi atau turun jalan.
Hal itu lantaran hanya akan membuang waktu, tenaga, bahkan energi. Padahal, yang akan dihadapi adalah anggota keluarga sendiri yang sebenarnya bisa diselesaikan dengan pendekatan kekeluargaan.
Bahkan di dalam internal kampus banyak sekali kasus antar sesama organisasi saling sikut untuk berebut pengaruh. Sehingga kemudian mereka lupa apa yang sebenarnya harus diperjuangkan oleh mahasiswa.
Banyaknya mahasiswa yang kritis, tertarik menjadi aktivis, dan aktif di organisasi-organisasi sosial kemasyarakatan memang bagus. Namun, mereka harus paham terlebih dahulu siapa dan apa yang mereka perjuangkan.
Selain itu, mereka juga harus paham apa dan siapa yang harus mereka lawan. Dengan begitu, arah perjuangan tentu akan selaras dengan suara mayoritas aktivis, yakni melawan ketidakadilan dan menegakkan kebenaran di tengah-tengah masyarakat.
Sebab menjadi aktivis adalah soal berlatih menjadi pemimpin, terampil menyelesaikan masalah, berani berjuang demi kepentingan umum, melatih mental, dan peka terhadap persoalan-persoalan sosial.
Untuk itu, sebagai aktivis mahasiswa, jangan sampai kalian salah dalam memilih pendekatan menyampaikan aspirasi.
Baca Juga: Jasa Sebar Brosur, Pekerjaan Alternatif Bagi Mahasiswa
Tak hanya itu, kalian sebaiknya juga harus selesai dulu dengan persoalan-persoalan internal seperti antar sesama organisasi intra kampus, ekstra kampus, atau dengan pihak birokrasi kampus.
Jika kalian tidak selesai dengan persoalan-persoalan itu, jangan harap kalian bisa berkontribusi secara nyata kepada masyarakat. Untuk apa jadi aktivis mahasiswa jika hanya sibuk menjatuhkan organisasi lain atau bahkan sibuk mendemo kampus sendiri.
Padahal, di luar sana ada hal-hal yang lebih penting untuk diperjuangkan demi kepentingan bersama. Karena itu, jangan ngaku aktivis mahasiswa deh kalau beraninya cuma di kampus sendiri dan cenderung bungkam jika ada persoalan yang lebih besar di luar kampus.
Mungkin cukup sekian pembahasan kali ini, silahkan baca juga: Meluruskan Punk yang Bukan Sekedar Fesyen dan Keren-kerenan Semata. Terima kasih banyak dan semoga bermanfaat.
0 Response to "Menyuarakan Aspirasi Pendekatan Demonstrasi Kurang Efektif Dilakukan di Kampus Sendiri"
Posting Komentar