Agama Kebajikan Sebagai Konstruksi Berbasiskan Teologi Islam
fikriamiruddin.com - Konstruksi agama kebajikan diawali dari pertanyaan di mana titik temu agama-agama? Yang dicari adalah kesatuan respon ilahi atau kesatuan “Ijtihad Tuhan” untuk manusia. Pertama, ada pada gugusan “Tauhid” yang dimaknai mengakui dan mempercayai adanya Tuhan. Pandangan ini ditolak dengan argumentasi bahwa Tuhan tidak butuh pengakuan, sebaiknya manusialah yang butuh pengakuan.
Di samping Tuhan adalah entitas independen, rumusan berbeda tentangnya yang dilakukan pemeluk agama, Tuhan tidak terkena distorsi sedikit pun. Lantaran respon ilahi itu untuk manusia, maka mesti didasarkan pada nilai-nilai untuk manusia, di sinilah agama berfungsi sebagai tindakan sosial pembebasan, bukan berfungsi sebagai tindakan untuk Tuhan.
Dalam banyak ayat pergeseran terhadap Tuhan diikuti untuk menjauhi penindasan atau pemimpin otoriter, jadi wahyu di sini berfungsi untuk melawan penindasan. Jadi kesatuan respon ilahi itu mesti sesuatu yang universal yang bisa menjadi titik temu semua agama dan itu adalah kebajikan. Sebab semua agama mengajarkan kebajikan, yang bisa diturunkan dalam memperjuangkan keadilan, kesetaraan, dan keseimbangan.
Dalam al-Qur’an secara jelas kebajikan ini menjadi penanda diakuinya agama-agama lain, Tuhan memberi satu klausul penting diakuinya umat yang berbeda-beda, asal mereka berbuat baik, bahkan di ayat yang lain dijadikan syarat pertemuan dengan Tuhannya kelak di akhirat.
Berangkat dari asumsi kesatuan agama ada dalam berbuat kebajikan, oleh karena itu agama yang kita maksudkan adalah mereka yang mengajarkan kebajikan. Semua agama mengajarkan kebajikan dengan alam dan dengan sesama serta ketika orang sudah berbuat baik dengan alam dan dengan manusia, berarti sudah berbuat baik dengan Tuhan.
Baca Juga: Pendekatan yang Digunakan dalam Memahami Teologi Islam
Kebajikan yang dimaksud mesti dilihat dari dua perspektif dari sisi yang menurunkan dan sisi yang menemukan. Penjelasan dari sisi sumber yang menurunkan dianggap penting, sebab berkaitan dengan penolakan gagasan “agama-agama yang dari Tuhan” dan “Yang tidak dari Tuhan”. Kebajikan di mana pun mestilah berasal dari Tuhan, bukan dari entitas lain. Tegas al-Qur’an menyatakan “Apa saja kebaikan yang kamu peroleh adalah dari Tuhanmu, dan apa saja keburukan yang kamu peroleh adalah dari tanganmu sendiri” (QS. al-Nisa’ 4: 79).
Dari sisi yang menemukan kebajikan, pastilah yang menemukan adalah seorang guru moral yang agung yang menemukan kebajikan dalam pergolakan sosialnya dalam sistem sosial yang timpang. Jadi, kebajikan ditemukan seorang manusia, bukan ditemukan oleh Tuhan. Dari sisi pandang ini, mestilah semua agama adalah hasil penemuan manusia, atau hasil pergolakan dari jiwanya. Namun, sebaliknya kalau yang kita pakai dari sisi yang menurunkan, maka semua agama mestilah diturunkan kepada rasul-rasulnya di muka bumi ini.
Dua hal dikemukakan di atas adalah konstruksi ontologi kita dalam melihat substansi, esensi dan kesatuan agama-agama dalam merekonstruksi “Agama Kebajikan” ini sebagai model beragama. Selanjutnya kita akan mengemukakan paradigma yang digunakan dalam merekonstruksi Agama Kebajikan ini sebagai model beragama. Paradigma yang digunakan adalah lantaran esensi kesatuan respon ilahi adalah kebajikan yang ada dalam agama-agama, maka adalah soal memilih agama adalah kebebasan manusia. Teks al-Qur’an dengan tegas dan kuat mendukung pernyataan di atas.
Paradigma “Agama Kebajikan” yang kedua adalah kebebasan dalam menjalankan kepastian-kepastian atau perintah-perintah agama, yang berdimensi ritual. Klausul ini sangat penting, sebagaimana pentingnya kebebasan memilih agama dalam konteks agama-agama yang ada. Sebab klausul kebebasan menjalankan ritual agama, berada dalam gugusan “Kebebasan beragama seseorang” dalam intern agama-agama, bukan lintas agama.
Baca Juga: Persoalan dalam Memahami Studi Islam
Sebab secara tegas dinyatakan bahwa tanggung jawab agama, terutama dalam persoalan-persoalan yang tidak ada kaitannya dengan kewajiban sosial, adalah seseorang tidak akan menanggung dosa orang lain (QS. al-Zumar 39).
Mungkin cukup sekian pembahasan kali ini, silahkan baca juga: Pengertian dan Sejarah Perkembangan Studi Islam. Terima kasih banyak dan semoga bermanfaat.
0 Response to "Agama Kebajikan Sebagai Konstruksi Berbasiskan Teologi Islam"
Posting Komentar