Kelompok Khawarij dalam Tinjauan Sosiologis
fikriamiruddin.com - Kelompok Khawarij pada umumnya terdiri dari orang-orang Arab Badawi. Hidup di padang pasir yang serba tandus mereka kebanyakan bersifat sederhana dalam cara hidup dan pemikiran, namun keras hati serta berani dan bersikap merdeka, tidak bergantung kepada orang lain. Perubahan agama tidak membawa perubahan dalam sifat-sifat kebadawian mereka. Mereka tetap bersifat bengis, suka kekerasan dan tidak gentar mati.
Sebagai orang Badawi mereka tetap jauh dari ilmu pengetahuan. Ajaran-ajaran Islam, sebagai terdapat dalam al-Qur’an dan Hadis, mereka artikan menurut lafaz-nya dan harus dilaksanakan sepenuhnya. Karena itu, iman dan paham mereka merupakan iman dan paham orang yang sederhana dalam pemikiran lagi-lagi dengan sikap fanatik itu membuat mereka tidak bisa mentolerir penyimpangan terhadap ajaran Islam menurut paham mereka, walaupun hanya penyimpangan dalam bentuk kecil.
Di sinilah letak penyimpangan, bagaimana mudahnya kelompok Khawarij terbelah menjadi golongan-golongan kecil serta dapat pula dimengerti mengenai sikap mereka yang terus-menerus mengadakan perlawanan terhadap penguasa-penguasa Islam dan umat Islam yang ada di zaman mereka. Kelompok Khawarij ini suka berubah-ubah sikapnya, di bawah ini akan dinukilkan suatu riwayat yang dituturkan oleh Prof. A. Syalaby Mari dalam Kitab al-Iqd al-Farid.
Suatu ketika Ali bin Abi Thalib mendatangi orang-orang Khawarij dan berkata kepada mereka “Aku minta kepada kamu dengan nama Allah. Adakah kamu mengetahui adanya seseorang yang lebih benci dari padaku untuk bertahkim?” Mereka menjawab “Tidak!” Ali berkata lagi “Adakah kamu tahu, bahwa kamulah yang memaksa aku, sehingga aku mau menerimanya?”
Jawab mereka “Ya benar”. Kata Ali “Lalu apakah sebabnya kamu meninggalkan aku?” Jawab mereka “Kami telah berbuat suatu dosa yang besar, sebab itu kami bertobat kepada Allah. Hendaklah engkau bertobat pula kepada Allah, dan mohonlah ampun kepada-Nya, agar kami kembali kepada Allah atas semua dosaku?” sesudah itu mereka kembali bersama Ali. Mereka semua berjumlah kira-kira enam ribu orang.
Baca Juga: Ajaran Pokok Kelompok Khawarij yang Perlu Diketahui
Di Kufah, mereka ini menyiarkan bahwa Ali menganggap bertahkim itu suatu dosa dan telah menyesal dan berbalik dari putusan tersebut. Dan ia telah meminta ampun kepada Allah atas dosanya itu, maka datanglah al-Ash’ath kepada Ali, menanyakan hal itu. Maka Ali menjawab “Barang siapa mengatakan bahwa kau telah berbalik dari putusan untuk bertahkim, orang itu adalah dusta. Dan siapa menganggapnya sebagai suatu kesesatan, maka dia lebih sesat dari padanya!”
Mendengar pernyataan tersebut, maka orang-orang Khawarij itu keluar lagi dari golongan Ali untuk kedua kalinya. Lalu Ali mengutus Abdullah bin Abbas, untuk melakukan tanya jawab dengan mereka, dan menjelaskan apa-apa yang masih kabur bagi mereka.
Mereka berkata kepada Ibn Abbas “Ali telah melakukan kesalahan besar ketika ia bertahkim kepada sesama manusia mengenai darah dan jiwa, padahal tidaklah ada hukum selain hukum Allah.” Ibn Abbas menjawab “Tidaklah kamu tahu bahwa Allah pun menyuruh bertahkim kepada sesama manusia mengenai seekor kelinci yang hanya berharga seperempat dirham yang diburu pada bulan-bulan haram.
Dan Allah juga menyuruh bertahkim mengenai perselisihan antara orang laki-laki dengan istrinya. Dan tidaklah kamu tahu bahwa Nabi pun berhenti berperang setelah adanya perjanjian genjatan senjata antara beliau dengan orang-orang musyrikin di Hudaibiyah?” Mereka berkata lagi “Ya, namun Ali telah mencoret namanya dari jabatannya sebagai Khalifah.” Ibn Abbas menjawab “Nabi pun telah berbuat demikian pula. Beliau telah mencoret namanya dari jabatannya sebagai nabi ketika terjadi perdamaian di Hudaibiyah. Namun demikian, beliau tetap Nabi.”
Baca Juga: Sejarah Kelompok Khawarij yang Harus Diketahui
Setelah mendengar keterangan-keterangan tersebut, sebagian mereka lantas menerima pendapat Abdullah Ibn Abbas, dan mereka kembali lagi kepada Ali. Nukilan di atas kita sampaikan dalam rangka untuk melukiskan betapa kalangan Khawarij, terutama periode-periode awalnya mempunyai sikap yang fanatik namun pula tidak selalu konsisten.
Mungkin cukup sekian pembahasan kali ini, silahkan baca juga: Ilmu Kalam pada Zaman Bani Umayyah dan Abbasiyah. Terima kasih banyak dan semoga bermanfaat.
Sebagai orang Badawi mereka tetap jauh dari ilmu pengetahuan. Ajaran-ajaran Islam, sebagai terdapat dalam al-Qur’an dan Hadis, mereka artikan menurut lafaz-nya dan harus dilaksanakan sepenuhnya. Karena itu, iman dan paham mereka merupakan iman dan paham orang yang sederhana dalam pemikiran lagi-lagi dengan sikap fanatik itu membuat mereka tidak bisa mentolerir penyimpangan terhadap ajaran Islam menurut paham mereka, walaupun hanya penyimpangan dalam bentuk kecil.
Di sinilah letak penyimpangan, bagaimana mudahnya kelompok Khawarij terbelah menjadi golongan-golongan kecil serta dapat pula dimengerti mengenai sikap mereka yang terus-menerus mengadakan perlawanan terhadap penguasa-penguasa Islam dan umat Islam yang ada di zaman mereka. Kelompok Khawarij ini suka berubah-ubah sikapnya, di bawah ini akan dinukilkan suatu riwayat yang dituturkan oleh Prof. A. Syalaby Mari dalam Kitab al-Iqd al-Farid.
Suatu ketika Ali bin Abi Thalib mendatangi orang-orang Khawarij dan berkata kepada mereka “Aku minta kepada kamu dengan nama Allah. Adakah kamu mengetahui adanya seseorang yang lebih benci dari padaku untuk bertahkim?” Mereka menjawab “Tidak!” Ali berkata lagi “Adakah kamu tahu, bahwa kamulah yang memaksa aku, sehingga aku mau menerimanya?”
Jawab mereka “Ya benar”. Kata Ali “Lalu apakah sebabnya kamu meninggalkan aku?” Jawab mereka “Kami telah berbuat suatu dosa yang besar, sebab itu kami bertobat kepada Allah. Hendaklah engkau bertobat pula kepada Allah, dan mohonlah ampun kepada-Nya, agar kami kembali kepada Allah atas semua dosaku?” sesudah itu mereka kembali bersama Ali. Mereka semua berjumlah kira-kira enam ribu orang.
Baca Juga: Ajaran Pokok Kelompok Khawarij yang Perlu Diketahui
Di Kufah, mereka ini menyiarkan bahwa Ali menganggap bertahkim itu suatu dosa dan telah menyesal dan berbalik dari putusan tersebut. Dan ia telah meminta ampun kepada Allah atas dosanya itu, maka datanglah al-Ash’ath kepada Ali, menanyakan hal itu. Maka Ali menjawab “Barang siapa mengatakan bahwa kau telah berbalik dari putusan untuk bertahkim, orang itu adalah dusta. Dan siapa menganggapnya sebagai suatu kesesatan, maka dia lebih sesat dari padanya!”
Mendengar pernyataan tersebut, maka orang-orang Khawarij itu keluar lagi dari golongan Ali untuk kedua kalinya. Lalu Ali mengutus Abdullah bin Abbas, untuk melakukan tanya jawab dengan mereka, dan menjelaskan apa-apa yang masih kabur bagi mereka.
Mereka berkata kepada Ibn Abbas “Ali telah melakukan kesalahan besar ketika ia bertahkim kepada sesama manusia mengenai darah dan jiwa, padahal tidaklah ada hukum selain hukum Allah.” Ibn Abbas menjawab “Tidaklah kamu tahu bahwa Allah pun menyuruh bertahkim kepada sesama manusia mengenai seekor kelinci yang hanya berharga seperempat dirham yang diburu pada bulan-bulan haram.
Dan Allah juga menyuruh bertahkim mengenai perselisihan antara orang laki-laki dengan istrinya. Dan tidaklah kamu tahu bahwa Nabi pun berhenti berperang setelah adanya perjanjian genjatan senjata antara beliau dengan orang-orang musyrikin di Hudaibiyah?” Mereka berkata lagi “Ya, namun Ali telah mencoret namanya dari jabatannya sebagai Khalifah.” Ibn Abbas menjawab “Nabi pun telah berbuat demikian pula. Beliau telah mencoret namanya dari jabatannya sebagai nabi ketika terjadi perdamaian di Hudaibiyah. Namun demikian, beliau tetap Nabi.”
Baca Juga: Sejarah Kelompok Khawarij yang Harus Diketahui
Setelah mendengar keterangan-keterangan tersebut, sebagian mereka lantas menerima pendapat Abdullah Ibn Abbas, dan mereka kembali lagi kepada Ali. Nukilan di atas kita sampaikan dalam rangka untuk melukiskan betapa kalangan Khawarij, terutama periode-periode awalnya mempunyai sikap yang fanatik namun pula tidak selalu konsisten.
Mungkin cukup sekian pembahasan kali ini, silahkan baca juga: Ilmu Kalam pada Zaman Bani Umayyah dan Abbasiyah. Terima kasih banyak dan semoga bermanfaat.
0 Response to "Kelompok Khawarij dalam Tinjauan Sosiologis"
Posting Komentar