Cabang Filsafat: Ontologi
fikriamiruddin.com - Ontologi adalah salah satu cabang filsafat yang merupakan wilayah kajian kefilsafatan yang paling kuno. Pada awalnya alam pikiran Barat sudah menunjukkan kemunculan perenungan di bidang ontologi. Filosof Barat tertua yang terkenal di antaranya adalah orang-orang Yunani seperti Thales (625-545 SM.), Anaximandros (610-545 SM.), Anaximenes (585-528 SM.), Demokritos (460-360 SM.) dan Plato (428-348 SM.).
Objek kajian ontologi adalah yang ada (being). Studi mengenai yang ada, pada dataran studi filsafat umumnya dilakukan oleh filsafat metafisika. Istilah ontologi banyak digunakan ketika akan membahas mengenai yang ada (being). Ontologi membahas mengenai yang ada, yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu. Ontologi membahas tentang yang ada dan bersifat universal (universal being), menampilkan pemikiran semesta universal.
Cabang filsafat ontologi ini berupaya mencari inti yang termuat dalam setiap kenyataan atau dalam rumusan Lorens menjelaskan bahwa yang ada meliputi semua realitas dalam semua bentuknya. Sedangkan istilah-istilah penting yang terkait dengan ontologi adalah yang-ada (being) kenyataan atau realitas (reality) eksistensi (existence) esensi (essence) substansi (substance) perubahan (change) tunggal (singular) dan jamak (plural).
Baca Juga: Cabang Filsafat Menurut Para Ahli
Ontologi ini tentu saja sangat penting sekali untuk dipelajari bagi orang yang berkeinginan memahami secara menyeluruh mengenai dunia ini dan bermanfaat bagi studi ilmu-ilmu empiris seperti antropologi, sosiologi, ilmu kedokteran, ilmu budaya, fisika, ilmu teknik dan lain sebagainya.
Objek Formal Ontologi
Objek formal ontologi adalah hakikat keseluruhan yang ada. Bagi pendekatan kuantitatif, realitas akan tampil dalam bentuk jumlah. Dari realitas tersebut, maka akan muncul aliran-aliran seperti halnya materialisme, idealisme dan naturalisme. Referensi mengenai kesemuanya tersebut sudah cukup banyak dituliskan oleh para filosof maupun para tokoh ahli.
Aliran Idealisme adalah aliran yang menjadikan hal-hal yang gaib (supranatural) sebagai objek kajian. Bentuk supranatural ini berupa animisme, yakni di mana manusia mempercayai bahwa pada setiap benda seperti batu, pohon, air dan lain sebagainya terdapat roh-roh yang bersifat gaib. Animisme tersebut merupakan kepercayaan yang paling tua umurnya dalam sejarah perkembangan kebudayaan manusia dan sampai sekarang masih eksis pada beberapa masyarakat.
Aliran Naturalisme adalah lawan dari aliran Idealisme atau supranatural. Aliran ini menolak pendapat bahwa terdapat wujud-wujud yang bersifat supranatural. Aliran naturalisme berpendapat bahwa gejala-gejala alam tidak disebabkan oleh pengaruh kekuatan yang bersifat gaib, melainkan kekuatan yang terdapat dalam alam itu sendiri, yang dapat dipelajari dan dapat diketahui.
Berkaitan dengan metode yang digunakan dalam ontologi, Lorens Bagus memperkenalkan tiga tingkatan abstraksi dalam ontologi, yakni abstraksi fisik, abstraksi bentuk dan abstraksi metafisik. Abstraksi fisik menampilkan keseluruhan sifat khas sesuatu objek. Abstraksi bentuk mendeskripsikan sifat umum yang menjadi dasar dari semua realitas. Abstraksi yang dijangkau oleh ontologi adalah abstraksi metafisik.
Baca Juga: Titik Temu Antara Filsafat, Agama dan Ilmu Pengetahuan
Sedangkan metode pembuktian dalam ontologi menurut Laurens Bagus dibedakan menjadi dua, yakni pembuktian a priori dan pembuktian a posteriori. Pembuktian a priori disusun dengan meletakkan term (istilah) tengah berada lebih dahulu dari predikat; dan pada kesimpulan term tengah menjadi sebab dari kebenaran kesimpulan. Contoh pembuktian a priori:
Sesuatu yang bersifat lahiriah itu fana (Tt-P).
Badan adalah sesuatu yang lahiriah (S-Tt).
Jadi, Badan itu fana (S-P).
Sedangkan pembuktian a posteriori secara ontologi, term tengah ada sesudah realitas kesimpulan; dan term tengah menunjukkan akibat realitas yang dinyatakan dalam kesimpulan hanya saja cara pembuktian a posteriori disusun dengan tata silogistik sebagai berikut:
Gigi geligi itu gigi geligi rahang dinasaurus (Tt-S).
Gigi geligi itu gigi geligi pemakan tumbuhan (Tt-P).
Jadi, dinasaurus adalah pemakan tumbuhan (S-P).
Bandingkan tata silogistik pembuktian a priori dengan a posteriori yang a priori dimulai dari term tengah yang dihubungkan dengan predikat dan term tengah tersebut menjadi sebab dari kebenaran kesimpulan. Sedangkan yang a posteriori dimulai dari term tengah yang dihubungkan dengan subjek. Term tengah menjadi akibat dari realitas dalam kesimpulan.
Mungkin cukup sekian pembahasan kali ini, silahkan baca juga: Hubungan Filsafat dan Agama yang Harus Dipahami. Terima kasih banyak dan semoga bermanfaat.
Objek kajian ontologi adalah yang ada (being). Studi mengenai yang ada, pada dataran studi filsafat umumnya dilakukan oleh filsafat metafisika. Istilah ontologi banyak digunakan ketika akan membahas mengenai yang ada (being). Ontologi membahas mengenai yang ada, yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu. Ontologi membahas tentang yang ada dan bersifat universal (universal being), menampilkan pemikiran semesta universal.
Cabang filsafat ontologi ini berupaya mencari inti yang termuat dalam setiap kenyataan atau dalam rumusan Lorens menjelaskan bahwa yang ada meliputi semua realitas dalam semua bentuknya. Sedangkan istilah-istilah penting yang terkait dengan ontologi adalah yang-ada (being) kenyataan atau realitas (reality) eksistensi (existence) esensi (essence) substansi (substance) perubahan (change) tunggal (singular) dan jamak (plural).
Baca Juga: Cabang Filsafat Menurut Para Ahli
Ontologi ini tentu saja sangat penting sekali untuk dipelajari bagi orang yang berkeinginan memahami secara menyeluruh mengenai dunia ini dan bermanfaat bagi studi ilmu-ilmu empiris seperti antropologi, sosiologi, ilmu kedokteran, ilmu budaya, fisika, ilmu teknik dan lain sebagainya.
Objek Formal Ontologi
Objek formal ontologi adalah hakikat keseluruhan yang ada. Bagi pendekatan kuantitatif, realitas akan tampil dalam bentuk jumlah. Dari realitas tersebut, maka akan muncul aliran-aliran seperti halnya materialisme, idealisme dan naturalisme. Referensi mengenai kesemuanya tersebut sudah cukup banyak dituliskan oleh para filosof maupun para tokoh ahli.
Aliran Idealisme adalah aliran yang menjadikan hal-hal yang gaib (supranatural) sebagai objek kajian. Bentuk supranatural ini berupa animisme, yakni di mana manusia mempercayai bahwa pada setiap benda seperti batu, pohon, air dan lain sebagainya terdapat roh-roh yang bersifat gaib. Animisme tersebut merupakan kepercayaan yang paling tua umurnya dalam sejarah perkembangan kebudayaan manusia dan sampai sekarang masih eksis pada beberapa masyarakat.
Aliran Naturalisme adalah lawan dari aliran Idealisme atau supranatural. Aliran ini menolak pendapat bahwa terdapat wujud-wujud yang bersifat supranatural. Aliran naturalisme berpendapat bahwa gejala-gejala alam tidak disebabkan oleh pengaruh kekuatan yang bersifat gaib, melainkan kekuatan yang terdapat dalam alam itu sendiri, yang dapat dipelajari dan dapat diketahui.
Berkaitan dengan metode yang digunakan dalam ontologi, Lorens Bagus memperkenalkan tiga tingkatan abstraksi dalam ontologi, yakni abstraksi fisik, abstraksi bentuk dan abstraksi metafisik. Abstraksi fisik menampilkan keseluruhan sifat khas sesuatu objek. Abstraksi bentuk mendeskripsikan sifat umum yang menjadi dasar dari semua realitas. Abstraksi yang dijangkau oleh ontologi adalah abstraksi metafisik.
Baca Juga: Titik Temu Antara Filsafat, Agama dan Ilmu Pengetahuan
Sedangkan metode pembuktian dalam ontologi menurut Laurens Bagus dibedakan menjadi dua, yakni pembuktian a priori dan pembuktian a posteriori. Pembuktian a priori disusun dengan meletakkan term (istilah) tengah berada lebih dahulu dari predikat; dan pada kesimpulan term tengah menjadi sebab dari kebenaran kesimpulan. Contoh pembuktian a priori:
Sesuatu yang bersifat lahiriah itu fana (Tt-P).
Badan adalah sesuatu yang lahiriah (S-Tt).
Jadi, Badan itu fana (S-P).
Sedangkan pembuktian a posteriori secara ontologi, term tengah ada sesudah realitas kesimpulan; dan term tengah menunjukkan akibat realitas yang dinyatakan dalam kesimpulan hanya saja cara pembuktian a posteriori disusun dengan tata silogistik sebagai berikut:
Gigi geligi itu gigi geligi rahang dinasaurus (Tt-S).
Gigi geligi itu gigi geligi pemakan tumbuhan (Tt-P).
Jadi, dinasaurus adalah pemakan tumbuhan (S-P).
Bandingkan tata silogistik pembuktian a priori dengan a posteriori yang a priori dimulai dari term tengah yang dihubungkan dengan predikat dan term tengah tersebut menjadi sebab dari kebenaran kesimpulan. Sedangkan yang a posteriori dimulai dari term tengah yang dihubungkan dengan subjek. Term tengah menjadi akibat dari realitas dalam kesimpulan.
Mungkin cukup sekian pembahasan kali ini, silahkan baca juga: Hubungan Filsafat dan Agama yang Harus Dipahami. Terima kasih banyak dan semoga bermanfaat.
0 Response to "Cabang Filsafat: Ontologi"
Posting Komentar