Hubungan Filsafat dan Agama yang Harus Dipahami
fikriamiruddin.com - Baik agama maupun filsafat pada dasarnya mempunyai kesamaan, keduanya mempunyai tujuan yang bisa dibilang sama, yakni mencapai kebenaran yang sejati. Agama yang dimaksud di sini adalah agama samawi yaitu agama yang diwahyukan Tuhan kepada Nabi dan Rasul-Nya. Di balik persamaan itu terdapat pula perbedaan di antara keduanya. Di dalam agama terdapat beberapa hal yang cukup penting yakni Tuhan, kebajikan, baik dan buruk, surga dan neraka, dan lain sebagainya.
Hal-hal tersebut diselidiki pula oleh filsafat. Dikarenakan hal-hal tersebut ada atau paling tidak mungkin ada. Dikarenakan filsafat itu menyelidiki sesuatu yang ada dan mungkin ada, bisa saja agama yang terang ada itu difilsafatkan, artinya ditinjau secara filsafat. Pun etika yang menyelidiki tingkah laku manusia dari sudut baik buruknya tentu sama pula dengan hal-hal keagamaan.
Agama sebagai suatu hal yang ada dapat diilmukan syarat ilmiah dan cara kerjanya sekali dipakai dalam ilmu agama itu maka ada bermacam-macam ilmu yang objeknya suatu aspek dari agama adalah ilmu perbandingan agama, ada psikologi agama, ada fenomenologi agama, dan sosiologi agama. Sedangkan alasan filsafat untuk menerima kebenaran hanya dari penyelidikan sendiri, yakni hasil pikiran belaka bukan berarti bahwa filsafat mengingkari adanya kebenaran lain atau dalam hal ini adalah kebenaran agama.
Baca Juga: Eksistensi Filsafat dan Agama
Filsafat tidak mengingkari atau mengurangi wahyu, akan tetapi filsafat tidak mendasarkan penyelidikannya pada wahyu. Malahan terdapat juga beberapa hal termasuk dalam wilayah agama yang menjadi lahan diskusi dalam filsafat. Apabila demikian, mungkinkah ada pertentangan antara agama dan filsafat? Pada dasarnya tidak, dikarenakan keduanya memiliki kebenaran, maka kebenaran itu satu dan sudah pasti sama.
Sehingga dalam hal ini wilayah filsafat dan agama dalam beberapa hal mungkin sama, akan tetapi pada dasarnya cukup berlainan. Filsafat berdasarkan pada pikiran belaka, sedangkan agama berdasarkan wahyu ilahi. Agama sering disebut juga kepercayaan, alasannya dikarenakan yang diwahyukan oleh Tuhan haruslah dipercayai. Dalam filsafat, untuk mendapatkan kebenaran hakiki manusia harus mencarinya sendiri dengan mempergunakan alat yang dimilikinya berupa segala potensi lahir dan batin.
Sedangkan dalam agama, untuk mendapatkan kebenaran hakiki itu manusia tidak hanya mencarinya sendiri, melainkan harus menerima hal-hal yang diwahyukan Tuhan, dengan kata lain percaya atau iman. Meskipun kebenaran yang disajikan oleh agama mungkin serupa dengan kebenaran yang dicapai oleh filsafat, akan tetapi tetap agama tidak bisa disamakan dengan filsafat.
Perbedaan ini disebabkan oleh cara pandang yang berbeda. Di satu pihak agama mendasarkan diri kepada kebenaran wahyu, di pihak lain filsafat berdasarkan penelitian yang menggunakan potensi manusiawi sebagai satu-satunya alat ukur kebenaran, yakni akal manusia. Agama dan filsafat cukup memainkan peranan yang penting dan fundamental dalam sejarah dan kehidupan manusia.
Baca Juga: Perbedaan Filsafat dan Ilmu Pengetahuan
Sebagian pemikir yang berwawasan dangkal berpandangan bahwa antara agama dan filsafat terdapat perbedaan yang ekstrim, dan lebih jauh, dipandang bahwa persoalan-persoalan agama agar tidak “ternodai” dan “tercemari” mesti dipisahkan dari pembahasan dan pengkajian filsafat. Namun usaha pemisahan ini kelihatannya tidak membuahkan hasil, dikarenakan filsafat berhubungan erat dengan hakikat dan tujuan akhir kehidupan, dengan filsafat manusia dapat mengartikan dan menghayati nilai-nilai penting kehidupan, kebahagiaan, dan kesempurnaan hakiki.
Meskipun hasil-hasil penelitian rasional filsafat tidak bertolak belakang dengan agama, tapi selayaknya sebagian penganut agama justru bersikap proaktif dan melakukan berbagai pengkajian dalam bidang filsafat sehingga landasan keimanan dan keyakinannya semakin kuat dan terus menyempurna, bahkan dikarenakan motivasi keimananlah yang mendorong melakukan observasi dan pembahasan filosofis yang mendalam terhadap ajaran-ajaran agama itu sendiri dengan tujuan menyingkap rahasia dan hakikatnya yang terdalam.
Mungkin cukup sekian pembahasan kali ini, silahkan baca juga: Hubungan Filsafat dengan Ilmu Pengetahuan. Terima kasih banyak dan semoga bermanfaat.
Hal-hal tersebut diselidiki pula oleh filsafat. Dikarenakan hal-hal tersebut ada atau paling tidak mungkin ada. Dikarenakan filsafat itu menyelidiki sesuatu yang ada dan mungkin ada, bisa saja agama yang terang ada itu difilsafatkan, artinya ditinjau secara filsafat. Pun etika yang menyelidiki tingkah laku manusia dari sudut baik buruknya tentu sama pula dengan hal-hal keagamaan.
Agama sebagai suatu hal yang ada dapat diilmukan syarat ilmiah dan cara kerjanya sekali dipakai dalam ilmu agama itu maka ada bermacam-macam ilmu yang objeknya suatu aspek dari agama adalah ilmu perbandingan agama, ada psikologi agama, ada fenomenologi agama, dan sosiologi agama. Sedangkan alasan filsafat untuk menerima kebenaran hanya dari penyelidikan sendiri, yakni hasil pikiran belaka bukan berarti bahwa filsafat mengingkari adanya kebenaran lain atau dalam hal ini adalah kebenaran agama.
Baca Juga: Eksistensi Filsafat dan Agama
Filsafat tidak mengingkari atau mengurangi wahyu, akan tetapi filsafat tidak mendasarkan penyelidikannya pada wahyu. Malahan terdapat juga beberapa hal termasuk dalam wilayah agama yang menjadi lahan diskusi dalam filsafat. Apabila demikian, mungkinkah ada pertentangan antara agama dan filsafat? Pada dasarnya tidak, dikarenakan keduanya memiliki kebenaran, maka kebenaran itu satu dan sudah pasti sama.
Sehingga dalam hal ini wilayah filsafat dan agama dalam beberapa hal mungkin sama, akan tetapi pada dasarnya cukup berlainan. Filsafat berdasarkan pada pikiran belaka, sedangkan agama berdasarkan wahyu ilahi. Agama sering disebut juga kepercayaan, alasannya dikarenakan yang diwahyukan oleh Tuhan haruslah dipercayai. Dalam filsafat, untuk mendapatkan kebenaran hakiki manusia harus mencarinya sendiri dengan mempergunakan alat yang dimilikinya berupa segala potensi lahir dan batin.
Sedangkan dalam agama, untuk mendapatkan kebenaran hakiki itu manusia tidak hanya mencarinya sendiri, melainkan harus menerima hal-hal yang diwahyukan Tuhan, dengan kata lain percaya atau iman. Meskipun kebenaran yang disajikan oleh agama mungkin serupa dengan kebenaran yang dicapai oleh filsafat, akan tetapi tetap agama tidak bisa disamakan dengan filsafat.
Perbedaan ini disebabkan oleh cara pandang yang berbeda. Di satu pihak agama mendasarkan diri kepada kebenaran wahyu, di pihak lain filsafat berdasarkan penelitian yang menggunakan potensi manusiawi sebagai satu-satunya alat ukur kebenaran, yakni akal manusia. Agama dan filsafat cukup memainkan peranan yang penting dan fundamental dalam sejarah dan kehidupan manusia.
Baca Juga: Perbedaan Filsafat dan Ilmu Pengetahuan
Sebagian pemikir yang berwawasan dangkal berpandangan bahwa antara agama dan filsafat terdapat perbedaan yang ekstrim, dan lebih jauh, dipandang bahwa persoalan-persoalan agama agar tidak “ternodai” dan “tercemari” mesti dipisahkan dari pembahasan dan pengkajian filsafat. Namun usaha pemisahan ini kelihatannya tidak membuahkan hasil, dikarenakan filsafat berhubungan erat dengan hakikat dan tujuan akhir kehidupan, dengan filsafat manusia dapat mengartikan dan menghayati nilai-nilai penting kehidupan, kebahagiaan, dan kesempurnaan hakiki.
Meskipun hasil-hasil penelitian rasional filsafat tidak bertolak belakang dengan agama, tapi selayaknya sebagian penganut agama justru bersikap proaktif dan melakukan berbagai pengkajian dalam bidang filsafat sehingga landasan keimanan dan keyakinannya semakin kuat dan terus menyempurna, bahkan dikarenakan motivasi keimananlah yang mendorong melakukan observasi dan pembahasan filosofis yang mendalam terhadap ajaran-ajaran agama itu sendiri dengan tujuan menyingkap rahasia dan hakikatnya yang terdalam.
Mungkin cukup sekian pembahasan kali ini, silahkan baca juga: Hubungan Filsafat dengan Ilmu Pengetahuan. Terima kasih banyak dan semoga bermanfaat.
0 Response to "Hubungan Filsafat dan Agama yang Harus Dipahami"
Posting Komentar