Cabang Filsafat: Aksiologi
fikriamiruddin.com - Aksiologi adalah salah satu cabang filsafat yang memiliki kedudukan sangat penting dikarenakan akan menentukan ke arah mana ilmu pengetahuan itu ditujukan, apa akibat yang akan ditimbulkan, bagaimana seharusnya dan sebagainya. Istilah aksiologi berasal dari bahasa Yunani yakni, axios yang berarti sesuai atau wajar, sedangkan logos berarti ilmu. Aksiologi disebut juga dengan teori nilai.
Menurut John Sinclair, dalam ruang lingkup kajian filsafat, nilai merujuk pada pemikiran atau suatu sistem politik, sosial dan agama. Sedangkan menurut Richard Bender suatu nilai adalah sebuah pengalaman yang memberikan kepuasan batin dan memiliki nilai manfaat pada kehidupan. Jadi, aksiologi merupakan ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakekat nilai. Jika epsitemologi bertujuan untuk mendapatkan kebenaran secara teoritis-rasional, maka aksiologi lebih menekankan pada masalah kebaikan dan estetika mengenai masalah keindahan.
Aksiologi ini merupakan cabang filsafat ilmu yang membahas mengenai tujuan ilmu pengetahuan itu sendiri dan bagaimana manusia menggunakan ilmu tersebut. Jadi, yang ingin dicapai oleh aksiologi adalah hakikat dan manfaat yang terdapat dalam suatu pengetahuan. Jadi dalam hal ini objek kajian aksiologi adalah terkait dengan persoalan nilai, kegunaan ilmu, dikarenakan ilmu dalam konteks filsafat tidak bebas nilai.
Baca Juga: Cabang Filsafat: Epistemologi
Dalam artian, pada tahap-tahap tertentu, ilmu harus disesuaikan dengan nilai-nilai budaya dan moral suatu masyarakat sehingga nilai kegunaan ilmu tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat dalam usahanya meningkatkan kesejahteraan bersama, bukan sebaliknya, justru akan menimbulkan bencana. Dalam sejarahnya, istilah yang umum dipakai adalah etika (ethic) atau moral.
Namun pada akhir-akhir ini, istilah axios (nilai) dan logos (teori) lebih sering dipakai dalam dialog filosofis. Sehingga dalam hal ini aksiologi dapat disebut sebagai the theory of value atau teori nilai. Bagian dari filsafat yang menaruh perhatian tentang baik dan buruk (good and bad), benar dan salah (right and wrong), serta tentang cara dan tujuan (mean and end). Maka dari itu, aksiologi mencoba merumuskan suatu teori yang konsisten untuk perilaku etis.
Aksiologi mempertanyakan seperti apakah baik itu (what is good)? Apabila yang baik teridentifikasi, maka memungkinkan seseorang untuk berbicara mengenai moralitas, yakni memakai kata-kata atau konsep-konsep seperti seharusnya, sebaiknya dan sepatutnya. Dengan demikian, aksiologi terdiri dari analisis mengenai kepercayaan, keputusan dan konsep-konsep moral dalam rangka menciptakan atau menemukan suatu teori nilai.
Sehingga pada dasarnya apa yang menjadi kajian dalam bidang aksiologi ini adalah sebuah usaha untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan; untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral?
Baca Juga: Cabang Filsafat: Ontologi
Nilai dalam Aksiologi
Dalam aksiologi, terdapat dua komponen mendasar yakni etika (moralitas) dan estetika (keindahan).
1. Etika
Etika adalah cabang filsafat aksiologi yang membahas mengenai persoalan-persoalan moral. Kajian etika lebih berfokus pada perilaku, norma dan adat istiadat yang berlaku pada komunitas tertentu. Etika merupakan salah satu cabang filsafat tertua dikarenakan etika telah menjadi pembahasan menarik sejak masa Socrates dan para kaum Sophis. Di situlah dipersoalkan mengenai masalah kebaikan, keutamaan, keadilan dan lain sebagainya.
2. Estetika
Estetika adalah bidang studi manusia yang mempersoalkan mengenai nilai keindahan. Keindahan mengandung arti bahwa di dalam diri segala sesuatu terdapat unsur-unsur yang tertata secara tertib dan harmonis dalam satu kesatuan hubungan yang utuh menyeluruh. Dalam artian, suatu objek yang indah bukan semata-mata bersifat selaras serta berpola baik melainkan harus juga mempunyai kepribadian.
Mungkin cukup sekian pembahasan kali ini, silahkan baca juga: Cabang Filsafat Menurut Para Ahli. Terima kasih banyak dan semoga bermanfaat.
Menurut John Sinclair, dalam ruang lingkup kajian filsafat, nilai merujuk pada pemikiran atau suatu sistem politik, sosial dan agama. Sedangkan menurut Richard Bender suatu nilai adalah sebuah pengalaman yang memberikan kepuasan batin dan memiliki nilai manfaat pada kehidupan. Jadi, aksiologi merupakan ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakekat nilai. Jika epsitemologi bertujuan untuk mendapatkan kebenaran secara teoritis-rasional, maka aksiologi lebih menekankan pada masalah kebaikan dan estetika mengenai masalah keindahan.
Aksiologi ini merupakan cabang filsafat ilmu yang membahas mengenai tujuan ilmu pengetahuan itu sendiri dan bagaimana manusia menggunakan ilmu tersebut. Jadi, yang ingin dicapai oleh aksiologi adalah hakikat dan manfaat yang terdapat dalam suatu pengetahuan. Jadi dalam hal ini objek kajian aksiologi adalah terkait dengan persoalan nilai, kegunaan ilmu, dikarenakan ilmu dalam konteks filsafat tidak bebas nilai.
Baca Juga: Cabang Filsafat: Epistemologi
Dalam artian, pada tahap-tahap tertentu, ilmu harus disesuaikan dengan nilai-nilai budaya dan moral suatu masyarakat sehingga nilai kegunaan ilmu tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat dalam usahanya meningkatkan kesejahteraan bersama, bukan sebaliknya, justru akan menimbulkan bencana. Dalam sejarahnya, istilah yang umum dipakai adalah etika (ethic) atau moral.
Namun pada akhir-akhir ini, istilah axios (nilai) dan logos (teori) lebih sering dipakai dalam dialog filosofis. Sehingga dalam hal ini aksiologi dapat disebut sebagai the theory of value atau teori nilai. Bagian dari filsafat yang menaruh perhatian tentang baik dan buruk (good and bad), benar dan salah (right and wrong), serta tentang cara dan tujuan (mean and end). Maka dari itu, aksiologi mencoba merumuskan suatu teori yang konsisten untuk perilaku etis.
Aksiologi mempertanyakan seperti apakah baik itu (what is good)? Apabila yang baik teridentifikasi, maka memungkinkan seseorang untuk berbicara mengenai moralitas, yakni memakai kata-kata atau konsep-konsep seperti seharusnya, sebaiknya dan sepatutnya. Dengan demikian, aksiologi terdiri dari analisis mengenai kepercayaan, keputusan dan konsep-konsep moral dalam rangka menciptakan atau menemukan suatu teori nilai.
Sehingga pada dasarnya apa yang menjadi kajian dalam bidang aksiologi ini adalah sebuah usaha untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan; untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral?
Baca Juga: Cabang Filsafat: Ontologi
Nilai dalam Aksiologi
Dalam aksiologi, terdapat dua komponen mendasar yakni etika (moralitas) dan estetika (keindahan).
1. Etika
Etika adalah cabang filsafat aksiologi yang membahas mengenai persoalan-persoalan moral. Kajian etika lebih berfokus pada perilaku, norma dan adat istiadat yang berlaku pada komunitas tertentu. Etika merupakan salah satu cabang filsafat tertua dikarenakan etika telah menjadi pembahasan menarik sejak masa Socrates dan para kaum Sophis. Di situlah dipersoalkan mengenai masalah kebaikan, keutamaan, keadilan dan lain sebagainya.
2. Estetika
Estetika adalah bidang studi manusia yang mempersoalkan mengenai nilai keindahan. Keindahan mengandung arti bahwa di dalam diri segala sesuatu terdapat unsur-unsur yang tertata secara tertib dan harmonis dalam satu kesatuan hubungan yang utuh menyeluruh. Dalam artian, suatu objek yang indah bukan semata-mata bersifat selaras serta berpola baik melainkan harus juga mempunyai kepribadian.
Mungkin cukup sekian pembahasan kali ini, silahkan baca juga: Cabang Filsafat Menurut Para Ahli. Terima kasih banyak dan semoga bermanfaat.
0 Response to "Cabang Filsafat: Aksiologi"
Posting Komentar