Jenis Penyakit Gunung dan Cara Mengatasinya
fikriamiruddin.com - Penyakit yang dapat menyerang para pendaki gunung sangat beranekaragam jenisnya. Ada yang memang disebabkan karena penyakit bawaan, ada juga yang merupakan penyakit akibat dari gagalnya tubuh dalam menyesuaikan diri dengan suhu atau cuaca. Salah satunya adalah Acute Mountain Sickness (AMS) atau penyakit ketinggian. Penyakit ini dapat menyerang para pendaki gunung yang berada di gunung yang tinggi.
Pada ketinggian lebih dari 3.408 meter di atas permukaan laut, sekitar 75 persen orang akan terkena gejala ringan. Terjadinya penyakit ketinggian tergantung pada posisi ketinggian, laju pendakian, dan tingkat ketahanan tubuh masing-masing individu. Banyak juga dari orang yang terkena penyakit ketinggian ini saat proses aklimatisasi atau penyesuaian. Gejala ini biasanya dimulai 12 hingga 24 jam setelah sampai di daerah ketinggian.
Gejala AMS ringan adalah sakit kepala, pusing, kelelahan, bernafas pendek-pendek, kehilangan nafsu makan, mual, susah tidur, dan secara umum akan memiliki perasaan tidak enak. Gejala ini akan semakin memburuk pada waktu malam hari disaat laju pernafasan menjadi lambat. AMS ringan tidak begitu mengganggu aktivitas normal dan gejala ini biasanya akan hilang setelah 2 sampai 4 hari setelah tubuh menyesuaikan diri atau beraklimatisasi.
Selama masih dalam gejala AMS ringan, perjalanan pendakian dapat dilanjutkan dengan perlahan-lahan dan tetap waspada. Saat melakukan pendakian penting sekali bagi masing-masing individu untuk memberitahukan kepada anggota yang lain jika merasakan tanda-tanda adanya gejala AMS.
Cara mengatasinya adalah dengan aklimatisasi yang cukup atau turun ke tempat yang lebih rendah. Selain itu, gejala AMS ringan dapat diatasi dengan obat sakit kepala yang dapat mengurangi rasa sakit. Akan tetapi, mengurangi rasa sakit tidak berarti dapat menyembuhkannya. AMS ini pula biasanya akan menyerang para pendaki pemula yang baru pertama kali mendaki gunung pada ketinggian di bawah 2.000 meter di atas permukaan laut.
Untuk menghindari hal ini, sebaiknya cukupkan istirahat saat sampai di kaki gunung sebelum memulai proses pendakian. Bagi para pendaki pemula sebaiknya hindari untuk mendaki gunung dengan sistem kebut semalam (istilah ini biasanya dipakai untuk pendakian yang dilakukan pada waktu malam hari langsung menuju puncak atau turun pada keesokan harinya). Hal tersebut dikarenakan AMS akan mudah menyerang tubuh yang belum terbiasa dengan keadaan oksigen di daerah ketinggian.
Baca Juga: 7 Langkah dalam Menghadapi Kecelakaan di Alam Bebas
Hypothermia
Hypothermia adalah kondisi di mana suhu tubuh turun hingga di bawah 35 derajat celcius. Hal ini biasanya disebabkan oleh tubuh yang terlalu lama bersentuhan dengan hawa dingin, seperti halnya kehujanan di gunung dan ditambah lagi dengan serangan angin kencang yang dingin. Penurunan suhu tubuh ini dapat mengakibatkan kematian. Maka dari itu pada penderita hypothermia ringan mungkin akan mempunyai tekanan darah, denyut nadi dan pernafasan yang normal.
Akan tetapi, masih bisa dikenali gejala lainnya secara mental, yaitu perubahan dari tingkah laku yang tidak normal, serta kurang konsentrasi. Dalam hal ini secara fisik akan terlihat pucat, menggigil, dan kaki serta tangan melemah dikarenakan aliran darah menjauh dari permukaan organ tubuh utamanya.
Cara Mengatasinya:
- Tempatkan korban pada posisi yang terlindung angin, hujan atau udara dingin. Jaga jangan sampai tubuhnya bersentuhan langsung dengan tanah, maka sebaiknya berikan alas di bawah tubuhnya.
- Pastikan korban dalam keadaan hangat dan kering, gantilah pakaiannya jika basah dengan yang kering. Waktu mengganti pakaiannya, ganti satu per satu. Jangan tanggalkan seluruhnya. Tubuh yang terbuka dapat memperparah keadaan.
- Masukkan korban ke dalam Hypothermia blanket. Jika sedang tidak mempunyainya korban bisa dimasukkan ke dalam sleeping bag yang telah dihangatkan terlebih dahulu. Tempatkan juga benda-benda yang mungkin bisa menambah kehangatan.
- Bisa juga korban didekap oleh seseorang agar bisa berbagi panas tubuhnya.
- Berikan korban makanan dan minuman hangat yang gampang dicerna. Akan tetapi, jangan lakukan ini jika korban dalam keadaan pinsan.
- Hindari memberikan korban minuman beralkohol, mengandung kafein dan rokok.
Baca Juga: Basic Life Support dalam Kegiatan Alam Bebas
Hypothermia dapat dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu:
1. Ringan (Mild)
Suhu tubuh di bawah 36 derajat sampai 35 derajat celcius. Gejalanya mulai gemetar, bisa gemetar ringan hingga parah, tidak bisa melakukan sesuatu dengan tangan, dan tangan terasa kaku atau beku.
2. Sedang (Moderate)
Suhu tubuh di bawah 35 derajat sampai 34 derajat celcius. Gejalanya gemetaran mulai tidak terkendali dan menghebat, keadaan mental mulai berubah, sedikit bingung, dan kesadarannya mulai melemah. Hal ini juga dapat ditandai dengan kroban yang makin meracau dan kadang korban membuka bajunya sendiri seolah-olah kepanasan. Otot-otot semakin tidak terkoordinasi, bergerak lamban dan lemah, dan tersandung-sandung.
3. Parah (Severe)
Suhu tubuh di bawah 29 sampai 27 derajat celcius. Gejalanya pingsan, detak jantung dan pernafasan melemah, denyut nadi bisa tidak terasa, serta cardiac dan organ pernafasan gagal berfungsi.
Sering berlatih dalam penanganan situasi darurat sangat perlu dilakukan oleh seorang pendaki gunung. Keahlian P3K praktis sangat perlu sekali dilatih agar bisa memberikan penanganan yang benar saat dibutuhkan. Tidak ada salahnya untuk mengikuti peatihan yang diadakan oleh PMI atau lembaga-lembaga kesehatan lainnya.
Mungkin cukup sekian pembahasan kali ini, silahkan baca juga: Cara Merawat Gigitan Ular Saat Mendaki Gunung. Terima kasih banyak dan semoga bermanfaat.
#SalamLestari
Pada ketinggian lebih dari 3.408 meter di atas permukaan laut, sekitar 75 persen orang akan terkena gejala ringan. Terjadinya penyakit ketinggian tergantung pada posisi ketinggian, laju pendakian, dan tingkat ketahanan tubuh masing-masing individu. Banyak juga dari orang yang terkena penyakit ketinggian ini saat proses aklimatisasi atau penyesuaian. Gejala ini biasanya dimulai 12 hingga 24 jam setelah sampai di daerah ketinggian.
Gejala AMS ringan adalah sakit kepala, pusing, kelelahan, bernafas pendek-pendek, kehilangan nafsu makan, mual, susah tidur, dan secara umum akan memiliki perasaan tidak enak. Gejala ini akan semakin memburuk pada waktu malam hari disaat laju pernafasan menjadi lambat. AMS ringan tidak begitu mengganggu aktivitas normal dan gejala ini biasanya akan hilang setelah 2 sampai 4 hari setelah tubuh menyesuaikan diri atau beraklimatisasi.
Selama masih dalam gejala AMS ringan, perjalanan pendakian dapat dilanjutkan dengan perlahan-lahan dan tetap waspada. Saat melakukan pendakian penting sekali bagi masing-masing individu untuk memberitahukan kepada anggota yang lain jika merasakan tanda-tanda adanya gejala AMS.
Cara mengatasinya adalah dengan aklimatisasi yang cukup atau turun ke tempat yang lebih rendah. Selain itu, gejala AMS ringan dapat diatasi dengan obat sakit kepala yang dapat mengurangi rasa sakit. Akan tetapi, mengurangi rasa sakit tidak berarti dapat menyembuhkannya. AMS ini pula biasanya akan menyerang para pendaki pemula yang baru pertama kali mendaki gunung pada ketinggian di bawah 2.000 meter di atas permukaan laut.
Untuk menghindari hal ini, sebaiknya cukupkan istirahat saat sampai di kaki gunung sebelum memulai proses pendakian. Bagi para pendaki pemula sebaiknya hindari untuk mendaki gunung dengan sistem kebut semalam (istilah ini biasanya dipakai untuk pendakian yang dilakukan pada waktu malam hari langsung menuju puncak atau turun pada keesokan harinya). Hal tersebut dikarenakan AMS akan mudah menyerang tubuh yang belum terbiasa dengan keadaan oksigen di daerah ketinggian.
Baca Juga: 7 Langkah dalam Menghadapi Kecelakaan di Alam Bebas
Hypothermia
Hypothermia adalah kondisi di mana suhu tubuh turun hingga di bawah 35 derajat celcius. Hal ini biasanya disebabkan oleh tubuh yang terlalu lama bersentuhan dengan hawa dingin, seperti halnya kehujanan di gunung dan ditambah lagi dengan serangan angin kencang yang dingin. Penurunan suhu tubuh ini dapat mengakibatkan kematian. Maka dari itu pada penderita hypothermia ringan mungkin akan mempunyai tekanan darah, denyut nadi dan pernafasan yang normal.
Akan tetapi, masih bisa dikenali gejala lainnya secara mental, yaitu perubahan dari tingkah laku yang tidak normal, serta kurang konsentrasi. Dalam hal ini secara fisik akan terlihat pucat, menggigil, dan kaki serta tangan melemah dikarenakan aliran darah menjauh dari permukaan organ tubuh utamanya.
Cara Mengatasinya:
- Tempatkan korban pada posisi yang terlindung angin, hujan atau udara dingin. Jaga jangan sampai tubuhnya bersentuhan langsung dengan tanah, maka sebaiknya berikan alas di bawah tubuhnya.
- Pastikan korban dalam keadaan hangat dan kering, gantilah pakaiannya jika basah dengan yang kering. Waktu mengganti pakaiannya, ganti satu per satu. Jangan tanggalkan seluruhnya. Tubuh yang terbuka dapat memperparah keadaan.
- Masukkan korban ke dalam Hypothermia blanket. Jika sedang tidak mempunyainya korban bisa dimasukkan ke dalam sleeping bag yang telah dihangatkan terlebih dahulu. Tempatkan juga benda-benda yang mungkin bisa menambah kehangatan.
- Bisa juga korban didekap oleh seseorang agar bisa berbagi panas tubuhnya.
- Berikan korban makanan dan minuman hangat yang gampang dicerna. Akan tetapi, jangan lakukan ini jika korban dalam keadaan pinsan.
- Hindari memberikan korban minuman beralkohol, mengandung kafein dan rokok.
Baca Juga: Basic Life Support dalam Kegiatan Alam Bebas
Hypothermia dapat dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu:
1. Ringan (Mild)
Suhu tubuh di bawah 36 derajat sampai 35 derajat celcius. Gejalanya mulai gemetar, bisa gemetar ringan hingga parah, tidak bisa melakukan sesuatu dengan tangan, dan tangan terasa kaku atau beku.
2. Sedang (Moderate)
Suhu tubuh di bawah 35 derajat sampai 34 derajat celcius. Gejalanya gemetaran mulai tidak terkendali dan menghebat, keadaan mental mulai berubah, sedikit bingung, dan kesadarannya mulai melemah. Hal ini juga dapat ditandai dengan kroban yang makin meracau dan kadang korban membuka bajunya sendiri seolah-olah kepanasan. Otot-otot semakin tidak terkoordinasi, bergerak lamban dan lemah, dan tersandung-sandung.
3. Parah (Severe)
Suhu tubuh di bawah 29 sampai 27 derajat celcius. Gejalanya pingsan, detak jantung dan pernafasan melemah, denyut nadi bisa tidak terasa, serta cardiac dan organ pernafasan gagal berfungsi.
Sering berlatih dalam penanganan situasi darurat sangat perlu dilakukan oleh seorang pendaki gunung. Keahlian P3K praktis sangat perlu sekali dilatih agar bisa memberikan penanganan yang benar saat dibutuhkan. Tidak ada salahnya untuk mengikuti peatihan yang diadakan oleh PMI atau lembaga-lembaga kesehatan lainnya.
Mungkin cukup sekian pembahasan kali ini, silahkan baca juga: Cara Merawat Gigitan Ular Saat Mendaki Gunung. Terima kasih banyak dan semoga bermanfaat.
#SalamLestari
0 Response to "Jenis Penyakit Gunung dan Cara Mengatasinya"
Posting Komentar