Sikap Mental Seorang Filosof
fikriamiruddin.com - Sungguh tidak masuk akal apabila seseorang melakukan sesuatu tanpa ia ketahui secara tepat mengapa dan untuk apa dia melakukannya. Apalagi, jika kemudian dia harus mempertanggungjawabkan tindakannya, sementara dia tidak dapat mengelak dari tanggung jawab dikarenakan sudah jelas terbukti bahwa dialah yang melakukan tindakan tersebut. Sehingga untuk merealisasikan tugas-tugas sebagai seorang filosof, ada baiknya kalau kita perhatikan beberapa sikap mental yang merupakan syarat utama sebelum terjun ke dunia filsafat secara total dan menjalam. Sikap mental tersebut adalah di antaranya:
1. Janganlah Mudah Percaya dan Membunuh Rasa Ingin Tahu
Filsafat berawal dari sebuah ketakjuban. Sehingga syarat pertama sebagai seorang filosof jelas bahwa kita harus memiliki rasa ingin tahu yang amat sangat besar. Kita tidak boleh mengandalkan sikap “biasa saja” atau “sudah selayaknya begitu”. Kita harus selalu bertanya dan mempertanyakan apa pun yang kita hadapi. Tidak ada sesuatu pun di dunia ini yang tidak menakjubkan dan tidak menantang untuk ditanyakan kalau kita mau menyadarinya. Setiap hal yang ada di muka bumi ini dari yang paling kecil sampai yang paling besar pada dasarnya menakjubkan, sehingga menarik untuk dipertanyakan. Ada orang yang rajin, ada orang yang malas, dan banyak pula realitas lain yang dapat kita bidik sebagai sasaran ketakjuban.
2. Berusahalah Menampilkan Alternatif Jawaban Sebanyak Mungkin dan Ujilah Alternatif-alternatif Tersebut
Dalam sikap mental kedua ini, kita dituntut untuk tidak berhenti hanya sekedar ingin tahu dan bertanya. Akan tetapi kita juga harus berupaya menampilkan dan mencoba mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan kita. Jangan takut mencoba menyusun jawaban-jawaban sendiri dikarenakan semakin banyak jawaban yang kita berikan, semakin baik bagi kita. Tentu saja jawaban-jawaban tersebut sifatnya hipotesis belaka dan masih dalam bentuk spekulasi-spekulasi. Sehingga langkah selanjutnya adalah memilih jawaban yang menurut kita paling tepat dengan mempertimbangkan dan memikirkannya secara mendalam terlebih dahulu.
3. Berusahalah Bersikap Objektif
Dalam berbagai pemikiran pascamodern, sering kali dianyatakan bahwasannya berpikir secara objektif adalah sesuatu yang mustahil. Betapapun pemikiran itu diupayakan untuk objektif, akan tetapi pasti bias subjektivitas sang pemikir itu sendiri turut mempengaruhi apalagi dalam dunia filsafat. Secara kodrati setiap orang pasti sangat sulit sekali untuk melepaskan diri dari kesejarahannya, dari konteks ruang dan waktunya sendiri.
4. Berpikirlah Terbuka dan Janganlah Memutlakkan Pandangan
Sikap keempat ini sangat penting, dikarenakan seorang filosof harus senantiasa membuka diri untuk temuan-temuan baru, kebenaran-kebenaran yang baru. Implikasinya, dia harus mau sewaktu-waktu merevisi pandangan atau pikiran lamanya ketika ada pikiran-pikiran baru yang telah dikaji secara mendalam ternyata “lebih benar”.
5. Besedialah Menahan Diri untuk Tidak Memutuskan Sesuatu Sebelum Jelas Duduk Persoalannya dan Memiliki Argumen Kuat
Sikap berikutnya ini sangat perlu sekali dilalukan dalam rangka mewujudkan misi filsafat untuk tidak melakukan sesuatu tanpa memiliki dasar argumen yang kuat. dalam keseharian, fenomena rutinitas dan terburu-buru sangat nyata dan terlihat. Kita sendiri dapat menghitung dan menginventarisasi berapa banyak aktivitas keseharian yang kita lakukan tanpa melalui pertimbangan matang dan terkesan “mengalir” mengikuti bagaimana biasanya kita dan orang lain hidup. Seorang filosof tidak akan terburu-buru mengambil kesimpulan atau memutuskan sesuatu sebelum ia memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup mengenai apa yang akan ia simpulkan. Ia akan bersabar dalam proses mencari dan menemukan bukti, serta argumen yang sesuai dan layak dijadikan sandaran untuk memutuskan sesuatu.
6. Jangan Lupa Memprediksi Berbagai Akibat dari Hasil Pemikiran atau Keputusan
Sikap terakhir ini seharusnya sudah termasuk dalam kelima sikap di atas, dikarenakan kelimanya mengindikasikan tuntutan untuk berpikir secara mendalam dan serius-sistematis. Apabila dilaksanakan dengan baik dan benar, berpikir secara mendalam dan sistematis ini pasti juga berisi pertimbangan-pertimbangan terhadap dampak yang akan terjadi jika jawaban tertentu yang dipilih.
Mungkin itu saya yang bisa penulis bahas mengenai sikap mental seorang filosof, apabila ada kurang dan lebihnya mohon maaf yang sebesar-besarnya, apabila ada kritik dan saran bisa ditulis di kolom komentar. Terima kasih banyak dan semoga bermanfaat.
1. Janganlah Mudah Percaya dan Membunuh Rasa Ingin Tahu
Filsafat berawal dari sebuah ketakjuban. Sehingga syarat pertama sebagai seorang filosof jelas bahwa kita harus memiliki rasa ingin tahu yang amat sangat besar. Kita tidak boleh mengandalkan sikap “biasa saja” atau “sudah selayaknya begitu”. Kita harus selalu bertanya dan mempertanyakan apa pun yang kita hadapi. Tidak ada sesuatu pun di dunia ini yang tidak menakjubkan dan tidak menantang untuk ditanyakan kalau kita mau menyadarinya. Setiap hal yang ada di muka bumi ini dari yang paling kecil sampai yang paling besar pada dasarnya menakjubkan, sehingga menarik untuk dipertanyakan. Ada orang yang rajin, ada orang yang malas, dan banyak pula realitas lain yang dapat kita bidik sebagai sasaran ketakjuban.
2. Berusahalah Menampilkan Alternatif Jawaban Sebanyak Mungkin dan Ujilah Alternatif-alternatif Tersebut
Dalam sikap mental kedua ini, kita dituntut untuk tidak berhenti hanya sekedar ingin tahu dan bertanya. Akan tetapi kita juga harus berupaya menampilkan dan mencoba mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan kita. Jangan takut mencoba menyusun jawaban-jawaban sendiri dikarenakan semakin banyak jawaban yang kita berikan, semakin baik bagi kita. Tentu saja jawaban-jawaban tersebut sifatnya hipotesis belaka dan masih dalam bentuk spekulasi-spekulasi. Sehingga langkah selanjutnya adalah memilih jawaban yang menurut kita paling tepat dengan mempertimbangkan dan memikirkannya secara mendalam terlebih dahulu.
3. Berusahalah Bersikap Objektif
Dalam berbagai pemikiran pascamodern, sering kali dianyatakan bahwasannya berpikir secara objektif adalah sesuatu yang mustahil. Betapapun pemikiran itu diupayakan untuk objektif, akan tetapi pasti bias subjektivitas sang pemikir itu sendiri turut mempengaruhi apalagi dalam dunia filsafat. Secara kodrati setiap orang pasti sangat sulit sekali untuk melepaskan diri dari kesejarahannya, dari konteks ruang dan waktunya sendiri.
4. Berpikirlah Terbuka dan Janganlah Memutlakkan Pandangan
Sikap keempat ini sangat penting, dikarenakan seorang filosof harus senantiasa membuka diri untuk temuan-temuan baru, kebenaran-kebenaran yang baru. Implikasinya, dia harus mau sewaktu-waktu merevisi pandangan atau pikiran lamanya ketika ada pikiran-pikiran baru yang telah dikaji secara mendalam ternyata “lebih benar”.
5. Besedialah Menahan Diri untuk Tidak Memutuskan Sesuatu Sebelum Jelas Duduk Persoalannya dan Memiliki Argumen Kuat
Sikap berikutnya ini sangat perlu sekali dilalukan dalam rangka mewujudkan misi filsafat untuk tidak melakukan sesuatu tanpa memiliki dasar argumen yang kuat. dalam keseharian, fenomena rutinitas dan terburu-buru sangat nyata dan terlihat. Kita sendiri dapat menghitung dan menginventarisasi berapa banyak aktivitas keseharian yang kita lakukan tanpa melalui pertimbangan matang dan terkesan “mengalir” mengikuti bagaimana biasanya kita dan orang lain hidup. Seorang filosof tidak akan terburu-buru mengambil kesimpulan atau memutuskan sesuatu sebelum ia memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup mengenai apa yang akan ia simpulkan. Ia akan bersabar dalam proses mencari dan menemukan bukti, serta argumen yang sesuai dan layak dijadikan sandaran untuk memutuskan sesuatu.
6. Jangan Lupa Memprediksi Berbagai Akibat dari Hasil Pemikiran atau Keputusan
Sikap terakhir ini seharusnya sudah termasuk dalam kelima sikap di atas, dikarenakan kelimanya mengindikasikan tuntutan untuk berpikir secara mendalam dan serius-sistematis. Apabila dilaksanakan dengan baik dan benar, berpikir secara mendalam dan sistematis ini pasti juga berisi pertimbangan-pertimbangan terhadap dampak yang akan terjadi jika jawaban tertentu yang dipilih.
Mungkin itu saya yang bisa penulis bahas mengenai sikap mental seorang filosof, apabila ada kurang dan lebihnya mohon maaf yang sebesar-besarnya, apabila ada kritik dan saran bisa ditulis di kolom komentar. Terima kasih banyak dan semoga bermanfaat.
0 Response to "Sikap Mental Seorang Filosof"
Posting Komentar