Perspektif dalam Sosiologi Komunikasi
fikriamiruddin.com - Perspektif adalah suatu kumpulan asumsi atau keyakinan mengenai suatu hal. Dengan perspektif orang akan memandang sesuatu hal berdasarkan pedoman tertentu, dan pedoman tersebut berhubungan dengan asumsi dasar yang mendasarinya. Perspektif sosiologi komunikasi akan dipaparkan sebagai berikut:
1. Perspektif Mekanistis
Perspektif mekanistis menekankan pada unsur fisik komunikasi, penyampaian dan penerimaan arus pesan seperti ban berjalan di antara sumber/para penerimanya. Semua fungsi penting dari komunikasi terjadi pada saluran, lokus, perspektif mekanistis. Mekanisme merupakan perspektif yang paling sering dianut oleh para ahli yang minat utamanya bukan pada komunikasi manusia, misalnya, para ahli psikologi sosial, para ahli antropologi, para spesialis dalam manajemen perusahaan, dan sejenisnya. Namun begitu, jejak perspektif mekanistis merasuki sejumlah besar penelitian komunikasi.
Walaupun sebagian terbesar para komunikologis akan menolak menyebut diri mereka sebagai ‘penganut mekanistis’, namun begitu, banyak diantara mereka yang masih menggunakan berbagai unsur konseptual atau teoritis mekanisme dalam mengarahkan jalan pikiran dan usaha – usaha penelitian mereka. Sekalipun ada kesalahan yang dituduhkan, bersifat antihumanis, perspektif mekanistis merupakan perspektif yang telah tersebar luas, mudah dipakai, dan bernilai untuk meninjau hubungan di antara variable komunikasi manusia. Ia masih tetap hanya sebuah perspektif, di antara berbagai yang ada, sebagai suatu kerangka untuk mengorganisasi secara konseptual dan memahami proses komunikasi manusia.
2. Perspektif Psikologis
Perspektif psikologis memfokuskan perhatiannya pada individu komunikator / penafsir baik secara teoritis maupun empiris. Secara lebih spesifik lagi, yang menjadi fokus utama dari komunikasi adalah mekanisme internal penerimaan dan pengolahan informasi. Fokus ini telah menimbulkan orientasi komunikasi manusia yang terpusat pada si penerima. Walaupun bidang psikologis sebenarnya yang dipinja, perspektif ini masih tidak jelas, unsur – unsur perantara dari behaviorisme S-O-R dan psikologi kognitif, khususnya teori keseimbangan, cenderung untuk mendominasi usaha penelitian para ilmuan komunikasi yang mempergunakan perpektif psikologis.
Perspektif psikologis tidaklah merupakan perspektif yang menyatu secara manunggal dalam pengkajian komunikasi. Sebaliknya, dalam kerangka perspektif ini terdapat pendekatan metodelogis, konsep yang dipakai, serta definisi operasional yang digunakan, yang amat beranekaragam. Sampai pada tingkat tertentu, ketidaksamaan ini mencerminkan sebagian besar kekalutan yang terdapat di dalam disiplin psikologi. Sudah tentu, penekanan pada filter konseptual yang berupa black box itu (seperti misalnya sikap, persepsi, keyakinan dan keinginan) telah mempercepat timbulnya arah yang berlainan. Hendaknya juga telah menjadi jelas bahwa banyak dari penteorian, pembuatan model, dan penelitian dalam kommunikasi tidak menerapkan perpektif psikologis dalam bentuknya yang murni, pada kenyataannya, bagian terbesar dari penelitian tentang dan sekitar komunikasi barangkali merupakan pencampuran unsur mekanistis dan psikologis, mungkin dengan penekanan yang lebih besar pada aspek psikologisnya.
3. Perpektif Interaksional
Walaupun asal mula perspektif interaksional komunikasi manusia dapat ditelusuri sampai ke filsafat eksistensialisme dan bahkan ke Socrates, sumbernya yang khusus dan komprehensif dari perspektif ini secara langsung ataupun tidak langsung adalah interaksionalisme simbolis dalam sosiologi. Mead dan Blumer telah bertindak sebagai sumber – sumber utama bagi filsafat dasarnya, yang melandasi model interaksional komunikasi manusia. Secara khusus lagi, arah perkembangan dalam masyarakat ilmiah komunikasi manusia yang memperlakukan komunikasi sebagai dialog adalah adanya indikasi yang terang sekali dari pendekatan interaksional pada komunikasi manusia.
Popularitas interaksionalisme berasal sebagian dari reaksi humanistis terhadap mekanisme dan psikologisme. Akan tetapi, yang lebih penting lagi, adalah pemberian penekanan yang manusiawi pada diri sebagai unsur pokok perpektif interaksional. Tetapi daripada memandang diri hanya sebagai internalisasi pengalaman individual, interaksional lebih menerangkan perkembangan diri melalui proses ‘penunjukan diri’ di mana individu dapat ‘bergerak ke luar’ dari diri dan melibatkan dirinya dalam introspeksi dari sudut pandangan orang lain.
Dengan cara yang sama, individu dapat melibatkan dirinya dalam pengambilan peran dan mendefinisikan diri maupun orang lain dari sudut pandang orang lain. Fenomena pengambilan peran inilah yang memungkinkan adanya pengembangan diri semata – mata sebagai proses sosial – dalam proses introspeksi ataupun ekstrospeksi. Oleh karena, hanya melalui interaksi sosial, diri atau hubungan dapat dikembangkan. Dan pengambilan peran tidak hanya merupakan unsure sentral dari perspektif interaksional, akan tetapi juga merupakan unsur yang unik. Perpektif interaksional menekankan tindakan yang bersifat simbolis dalam suatu perkembangan yang bersifat proses dari komunikasi manusia.
Penekanannya pada tindakan memungkinkan pengambilan peran untuk mengembangkan tindakan bersama atau mempersatukan tindakan individu dengan tindakan individu – individu yang lain untuk membentuk kolektivitas. Tindakan bersama dari kolektivitas itu mencerminkan tidak hanya pengelompokan sosial akan tetapi juga adanya kebersamaan ataupun keadaan timbal balik dari individu – individu yang bersangkutan, yang dilukiskan dalam model sebagai ‘kesearahan’ orientasi individu – individu terhadap diri orang lain, dan objek.
4. Perspektif Pragmatis
Perspektif pragmatis komunikasi manusia adalah yang paling berbeda dalam arti asal mula filosofisnya dan asumsi fundamental yang melandasinya. Tampaknya, pada prinsipnya, ia merupakan alternatif bagi perspektif mekanistis dan psikologis, dengan fokusnya pada urutan perilaku yang sedang berlangsung dalam ruang lingkup filosofis dan metodelogis teori sistem umum dan teori informasi. Penekanannya pada urutan interaksi yang sedang berjalan, yang membatasi dan mendefinisikan sistem sosial, merupakan pemindahan dari penekanan perpektif interaksional pada pengambilan peran yang diinternalkan. Meskipun demikian, pemberian penekanan pada perilaku interaktif, sekalipun penjelasan kejadiannya itu berbeda, merupakan penekanan yang sama bagi perspektif pragmatis dan interaksional.
Yang fundamental bagi setiap studi komunikasi manusia yang serius dalam perspektif pragmatis adalah daftar kategori yang menyatakan fungsi yang dilakukan oleh komunikasi manusia dan yang memungkinkan tindakan komunikatif untuk diulang kembali pada saat yang berlainan. Langkah berikutnya dalam memahami komunikasi manusia adalah mengorganisasikan urutan yang sedang berlangsung ke dalam kelompok – kelompok karakteristik sehingga peristiwa itu ‘cocok’ satu sama lainnya dalam suatu pola yang dapat ditafsirkan.
0 Response to "Perspektif dalam Sosiologi Komunikasi"
Posting Komentar