Pondok Pesantren Menjadi Tempat Pelecehan Seksual
fikriamiruddin.com - Pondok Pesantren memiliki pola-pola kehidupan yang unik. Pesantren mampu bertahan berabad-abad untuk mempergunakan nilai hidupnya sendiri. Dalam jangka yang panjang pesantren berada dalam kedudukan kulturil yang relatif kuat pada masyarakat sekitarnya. Pesantren menyediakan media sosialisasi formal dimana keyakinan, norma, dan nilai-nilai Islam ditransmisikan serta ditanamkan melalui berbagai aktifitas pengajaran. Dengan kata lain pesantren berfungsi pula sebagai pengembang ajaran Islam dan pemelihara ortodoksi. Akibat kuatnya ortodoksi, ideologisasi, dan dogmatisme dalam tubuh pesantren, ajaran agama menjadi sangat normatif, simbolis, dan kurang responsif terhadap pengembangan masyarakat luar. Perkembangan wacana keagamaan kontemporer belum mendapat respon secara produktif, bahkan seringkali dicurigai oleh komunitas pesantren sebagai agen yang melemahkan ajaran Islam. Kecenderungan seperti ini akan berlangsung dalam waktu yang cukup lama hingga pesantren bersedia membuka diri terhadap wacana baru pluralisme, hak asasi manusia, dan lingkungan hidup.
Dari keterangan diatas Sehingga dapat disimpulkan bahwa Pondok Pesantren adalah lembaga pendidikan yang seharusnya menjunjung tinggi nilai-nilai Islam. Tapi, pada kenyataannya, pondok pesantren masih sama dengan sekolah-sekolah umum lainnya. Pesantren tak luput dari kejadian pelecehan dan kekerasan seksual.
Diantaranya kejadian pelecehan seksual yang terjadi di Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Seperti yang ditulis di news.liputan6.com, kejadian tersebut terjadi di pondok pesantren Al-Falah Desa Jeblok, Kecamatan Talun, Blitar. Pada kejadian itu, pelaku adalah pengasuh pondok pesantren. Tak hanya kasus di Blitar itu saja, tetapi terdapat 85 perempuan dewasa dan di bawah umur yang menjadi korban kekerasan seksual di lingkungan pesantren. Riset itu berdasarkan hasil pemantauan 4 tahun terkahir, dari tahun 2009 hingga 2012 di Jawa Tengah. Dan Sedikitnya 100 orang santri putri dan putra diketahui telah menjadi korban kekerasan dan pelecehan seksual di sejumlah pondok pesantren (Ponpes) di Jateng selama tahun 2011.
Data ini diungkapkan Direktur Legal Resources Cencer untuk Keadilan Jender dan Hak Asasi Manusia (LRC-KJHAM) Jateng. Kasus ini terjadi pada beberapa Ponpes di daerah, antara lain Wonogiri, Kota Semarang, Kabupaten Semarang, Klaten, Batang, Pati, Solo, Temanggung dan Jepara. Bentuk kekerasan dan pelecehan seksual yang menimpa para santri itu, misalnya untuk putra disodomi, sedang santri putri pelecehan seksual, kawin paksa. Pelaku tindak kekerasan dan pelecehan seksual di Ponpes, adalah pengasuh pondok seperti, kiai, guru spiritual, ustad atau guru, guru mursid. Pelecehan seksual terhadap santri ini tidak hanya terjadi di Ponpes tradisional yang berada daerah, tapi juga Ponpes modern di perkotaan.
Santri yang menjadi korban pelecehan seksual kebanyakan tak berani melaporkan kasusnya kepada aparat penegak hukum. Sehingga diperkirakan jumlah kasus pelecehan seksual di lingkungan Ponpes lebih banyak, karena hanya sebagian saja yang terungkap ke permukaan. Sebab para pengasuh Ponpes kadang menggunakan dalil agama untuk melegitimasi mereka, sehingga membuat santri takut melaporkan kepada keluarga atau orang luar.
Maka dalam hal ini menimbulkan banyak pertanyaan dari kalangan akademis maupun masyarakat luas. Akibatnya menimbulkan pandangan-pandangan negatif terhadap kelangsungan kehidupan di pondok pesantren berdasarkan kasus-kasus yang terjadi dan beredar di masyarakat. Karena pondok pesantren yang seharusnya sangat kuat dalam bidang keilmuan keagamaannya dan tempat berkumpulnya orang-orang pintar dan juga banyak melahirkan orang-orang yang ahli dalam bidang agama seperti kyai dan ustad, juga tidak luput dari perilaku menyimpang seperti pelecehan seksual dan kekerasan seksual. Sehingga kasus seperti ini sangat unik dan baik untuk dibahas, dikaji, ataupun didiskusikan karena melihat latar belakang kehidupan pondok pesantren yang kental dengan rutinitas pengajian, ibadah, dan praktek keagamaan lainnya. Tetapi malah terjadi banyak kasus yang tentu saja sangat tidak mungkin kalau melihat latar belakang pesantren yang dijelaskan diatas, sehingga unik untuk diteliti oleh kalangan akademis dan masyarakat pada umunya.
0 Response to "Pondok Pesantren Menjadi Tempat Pelecehan Seksual"
Posting Komentar