Sepercik Harapan Masyarakat Sekitar Pengeboran Minyak di Kabupaten Bojonegoro
Dampak sosial ekonomi sengketa pengelolaan sumur minyak tradisional pada masyarakat penambang desa Wonocolo. Mendeskripsikan dampak sengketa pengelolaan sumur minyak terhadap kehidupan sosial ekonomi penambang desa Wonocolo serta menganalisis proses sengketa pengelolaan sumur minyak di desa Wonocolo.
Dari berbagai sumber ditemukan bahwa terjadi 3 periodesasi pengelolaan sumur minyak Wonocolo, yaitu tambang minyak era kolonial Belanda, tambang minyak di bawah kuasa kepala desa, dan tambang minyak di bawah kuasa Pertamina. Pada tahun 1987, desa Wonocolo masuk dalam Wilayah Kuasa Pertambangan Pertamina Unit Ekonomi Produksi III lapangan Cepu. Masyarakat penambang diharuskan menjual hasil tambangnya melalui KUD Bogo Sasono sebagai mitra Pertamina. Dampaknya adalah pemberian imbal jasa yang rendah oleh Pertamina (sebesar Rp 47.500, sedangkan yang diminta masyarakat Rp 100.000, serta perbedaan satuan imbal jasa Pertamina dan KUD Bogo Sasono per liter dan per drum). Hal ini menyebabkan ketidakpuasan penambang. Dari sinilah proses sengketa dimulai. Penambang melakukan penyulingan minyak mentah secara mandiri dan pengurangan suply hasil tambang kepada KUD Bogo Sasono, yang merupakan tindakan ilegal.
Dampak negatif yang ditimbulkan dari sengketa pengelolaan sumur minyak desa Wonocolo yaitu munculnya kecenderungan penambang melakukan tindakan yang tergolong patologi sosial, masyarakat semakin konsumtif, tradisi penambangan desa Wonocolo semakin berkurang, dan infrastruktur desa Wonocolo semakin buruk. Sedangkan dampak positifnya yaitu kondisi ekonomi penambang desa Wonocolo semakin meningkat, pola pikir pemuda Wonocolo mengenai pemilihan pekerjaan semakin beragam, serta solidaritas penambang Wonocolo semakin meningkat. Mengingat sumber minyak merupakan sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui, kondisi lingkungan yang sudah tidak bisa digunakan pada bidang pertanian. Hal ini akan menjadi masalah yang kompleks bagi masyarakat Wonocolo di masa mendatang.
Fenomena masyarakat yang tinggal di sekitar daerah pertambangan hidup kurang sejahtera. Harapannya dengan berdirinya suatu usaha akan membuka lapangan kerja baru. Tetapi dengan alasan pendidikan dan keahlian yang tidak memadai, masyarakat tidak bisa bekerja didalamnya. Bojonegoro mempunyai 40 sumur yang diperkirakan mengandung 600 juta barel minyak dan 1,7 juta triliun - 2 triliun kaki kubik (TCF), sumur tersebut dikelola Exxon-mobile. Lokasi eksploitasi yang terkenal adalah banyu urip. Lokasi tersebut memiliki cadangan minyak dan gas paling besar serta dekat pemukiman warga.
0 Response to "Sepercik Harapan Masyarakat Sekitar Pengeboran Minyak di Kabupaten Bojonegoro"
Posting Komentar